Sunguh, saya menikmati peran sebagai ayah, bertugas membangunkan anak-anak saat sahur. Meski penuh tantangan, saya tidak merasa sebagai tugas yang membebani. Â Justru saya jadikan momet menyenangkan, utuk menanamkan rasa gembira pada anak dalam menjalani puasa. Dan kelak ketika mereka dewasa, akan mengingat kebiasaan ayahnya saat jelang sahur.
Berikut Cara Menciptakan Semangat SahurÂ
Bangunkan dengan Rasa Sayang
Saya akui, membangunkan anak butuh ketelatenan dan kesabaran, apalagi pada dini hari jelang sahur. Â Pernah di hari di luar ramadhan, selesai subuh saya membangunkan anak dengan jengkel dan marah, karena anak telat bangun dan waktu subuh sudah mepet.
Memang, saat itu anak tetap bangun, tapi  sambil menahan isak karena ketakutan ayahnya kesal. Alhasil suasana pagi hari menjadi kacau, setelah itu sarapan tidak dihabiskan, berangkat sekolah mukanya kusut.
Setiap mengingat kejadian itu, ada rasa bersalah hinggap di benak, dan saya bertekad tidak mengulangi kesalahan serupa untuk membangunkan anak. Apalagi membangunkan anak untuk sahur, yang terkandung nilai ibadah, dan semestinya diciptakan suasana gembira.
Bujuk dengan hal kesukaan
Sediakan makanan (biasanya lauk pauk) favorit, bisikan saat membangunkan agar anak bersemangat bangkit dari kasur untuk makan sahur. Untuk itu, si ibu belanja lebih dan sengaja menyetok lauk pauk kegemaran anak-anak.
"Adik, sahur yuk, pakai udang tepung kesukaan adik." ucapkan dengan suara lembut, sehingga anak nyaman ketika bangun sahur, kemudian disambut makanan kesukaan.
Pilih acara di saluran televisi kesukaannya juga, sehingga rasa enggan bangun semakin kecil. Anak-anak makan sambil nonton film kegemaran, sementara orangtua ikut saja melihat keseruan film kartun itu.Â