Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Cara Saya Mengatasi Kecapekan Saat Menjadi Petugas KPPS

26 April 2019   03:33 Diperbarui: 26 April 2019   18:37 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selesai hari H Pencoblosan pada Pemilu 2019, sementara quick qount tersiar, proses penghitungan suara secara manual juga tengah berlangsung. Dua lembaga negara, yaitu KPU dan Bawaslu menjadi sorotan jutaan pasang mata, sekaligus dihujani tuduhan tentang kecurangan.

Sangat manusiawi memang, di manapun (biasanya) pihak yang kalah (atau merasa dikalahkan) melakukan perlawanan dan meyakinkan dirinya adalah pemenang. Manusia adalah makhluk unik yang diberi naluri bertahan, serta memiliki intuisi belajar dan mengambil pelajaran dari apa yang dialami.

Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat jumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia pada Pemilu 2019 bertambah menjadi 144 orang.

Komisioner KPU Evi Novida Ginting Manik mengatakan angka itu bertambah dari jumlah sebelumnya 119 orang yang tercatat pada Selasa (23/4).

Di balik hingar bingar berita kecurangan dan saling tuding, kabar yang tak luput dari perhatian publik, adalah petugas KPPS yang mengemban amanah luar biasa. Beberapa petugas dikabarkan sakit akibat kelelahan, ratusan petugas KPPS meninggal, kemudian mereka mendapat sebutan Pahlawan Demokrasi.

Bersama jutaan petugas KPPS di TPS seluruh tanah air, saya turut merasakan betapa penat dan lelahnya antara tanggal 17 -- 18 April 2019 yang lalu. Saya ikut melayani satu persatu warga hendak memberikan hak suara, tugas yang semula saya pandang ringan ternyata tidak semudah dibayangkan (saya baru sekali menjadi petugas KPPS)

--------

TPS 73 -dokpri
TPS 73 -dokpri
Di TPS 73 tempat saya bertugas, ada delapan petugas KPPS saling membahu mengerjakan dan menyelesaikan tugas negara sangat mulia ini. Nyaris sehari semalam kegiatan berlangsung, otomatis kami memasang strategi, bergantian makan dan sholat sambil istirahat sekedarnya.

Sehari sebelumnya (selasa malam), kami menyiapkan lokasi yang akan digunakan sebagai TPS, yaitu mengepel lantai, memasang papan untuk peraga, mengatur meja kursi dan sebagainya. Sesuai pemberitahuan ketua KPPS, Rabu selepas subuh kami stand by di TPS 73, menunggu kotak suara berserta perlengkapan diambil dari tempat Pak RW.

Selang beberapa menit dari kedatangan kami, datang saksi partai (PPP, PDIP, PKS dan PSI) menyusul satu petugas dari Bawaslu. Kehadiran beberapa petugas lintas Partai dan Bawaslu, membuat saya bekeyakinan bahwa kredibilitas pelaksanaan pemungutan suara sangat terjamin dan terjaga.

Jam setengah tujuh pagi kotak suara tiba, kami berbagi tugas, ada yang menghitung surat suara, ada yang memasang kotak suara dan bilik, ada yang memasang alat peraga. Sementara petugas KPPS berjibaku, sudah ada satu dua warga yang datang untuk mendaftar dan memberikan hak suara.

Rentang pukul tujuh sampai sebelas siang, adalah saat warga (biasanya satu keluarga) berduyun duyun memenuhi TPS. Pada jam sibuk tersebut, kami petugas KPPS menyempatkan diri untuk sekedar makan snack seperlunya sembari nyruput air mineral dalam kemasan.

Jam setengah duabelas warga mulai lengang, kami bergantian pamit untuk nyoblos di TPS lain (tak jauh dari TPS kami), sekalian menunaikan sholat duhur. Jangan dipikir selesai sholat bisa rebahan (meski sebentar), karena petugas KPPS lain menunggu giliran nyoblos dan pulang sebentar untuk sholat.

Jam satu siang (sesuai peraturan Bawaslu) TPS ditutup, warga tidak bisa memberikan hak suara dan kami beralih ke tugas penghitungan suara. Proses penghitungan inilah, yang menyita waktu, tenaga, konsentrasi dan pikiran, membuat penat dan capek bertumpuk menjadi satu.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Ada satu saja surat suara terlewat atau tidak terhitung, maka kami musti mengulang atau mencari dari mana sumber kesalahan. Beruntungnya di TPS 73, hanya dua atau tiga kali terjadi selisih, dan dengan cepat kami menemukan letak kesalahannya -- jadi tidak berlarut-larut.

Tak kalah menjemukan, adalah proses reporting, musti membuat tujuh rangkap dan setiap rangkap ditandatangai setiap petugas KPPS dan cap/stempel basah. Ada juga pada lembaran tertentu, musti menyertakan tanda tangan dari saksi partai yang hadir dan petugas Bawaslu.

Menyadari begitu padat dan panjangnya berkegiatan, saya sangat memaklumi kalau ada petugas KPPS yang kelelahan atau stress karena selisih angka tak kunjung ketemu. Daya tahan tubuh drop, sangat memudahkan virus menyerang dan badan lekas sakit atau (lebih parahnya) bisa meninggal ( saya turut berduka cita untuk hal ini)

Menjaga Stamina Saat Menjadi Petugas KPPS

Beberapa tahun terakhir, (karena pernah sakit) saya sedang giat-giatnya menjaga pola makan dan menerapkan gaya hidup sehat (dulu berat badan saya pernah menembus satu kwintal) Konsumsi makanan yang digoreng, mengadung gula dan karbohidrat berlebih, secara bertahap saya kurangi dan kini berat badan lumaran drastis menyusut.

Saya memilih makanan kaya serat, yang saya sebut sebagai real food atau makanan yang diproses alam tanpa pengawet dan diolah tanpa campur tangan manusia. Sepanjang menjadi petugas KPPS, saya membawa bekal irisan buah jambu crystal, dicamil sambil bertugas menjaga TPS.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Maka ketika panita menyodori kotak snack, saya tidak mengambil semua (tahu isi dan pastel diabaikan) memilih kue yang dikukus. Selebihnya, saya makan buah jambu yang saya bawa, dan ternyata membuat tubuh ini seperti dialiri darah segar dan rasa capek menyingkir sejenak.

Pun ketika petugas yang lain minum soup buah (buah sudah dicampur syrup) pada saat terik, saya lebih memilih air mineral dalam kemasan. Ketika makan siang dan makan malam, saya konsumsi karbohidrat (nasi) secukupnya memilih lauk ayam yang diolah dengan cara dibakar.

Malam hari dan menjelang pergantian hari ada snacking, petugas lain ngopi dan merokok, saya lebih memilih minum air mineral sekenyangnya. Dampak saya rasakan langsung terasa, ketika satu petugas mulai flu (pertanda daya tahan tubuh menurun), saya tidak merasakan itu (flu) hanya terserang kantuk.

Pukul tiga dini hari semua pekerjaan kelar, ketua KPPS dan satu anggota mengantar kotak suara ke kelurahan (didampingi petugas Bawaslu). Maka kesempatan petugas KPPS lain, untuk pulang dan membayar istirahat yang tidak sempat tertunaikan, saya bangun setengah lima untuk subuh dan tidur lagi sampai jam delapan.

Saat bangun tidur tubuh kembali segar, saya merasakan ini sebagai benefit dari kebiasaan konsumsi buah yang membuat daya tahan tubuh terjaga. Akhirnya saya menemukan alasan, mengapa Jambu mendapat julukan super fruit, karena kandungan vitamin C --nya yang super (lebih banyak) bahkan sampai melebihi buah jeruk.

Bagi Kompasianer yang terbiasa kerja lembur atau bergadang, monggo tips saya mengonsumsi buah dan minum air putih (no rokok) bisa dipraktekkan. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun