Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketika Suami dan Istri Beda Pilihan Capres

25 April 2019   04:38 Diperbarui: 25 April 2019   05:18 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Miris campur prihatin ya, melihat dan mencermati beranda medsos belakangan ini. Kalau saya perhatikan, time line medsos mulai 'panas' sejak awal Januari sampai sekarang. 

Perbedaan itu semakin meruncing saja, semakin tidak peduli lagi kelangsungan hubungan pertemanan, asal beda pilihan (tiba-tiba, seolah) berubah menjadi musuh.

Kalimat berisi sumpah serapah dan caci maki (seolah) tak berpenghabisan, ujaran saling menjatuhkan serang menyerang dari dua kubu berseberangan. Dengan sangat menyesal, beberapa akun pertemanan terpaksa saya unfollow, saking seringnya akun tersebut membuat status provokasi dan menebar kebencian.

Padahal beberapa akun (diunfollow), saya mengenal pemiliknya secara pribadi, menurut saya beliau termasuk kategori berpendidikan tinggi dan (bisa dikatakan) intelek. 

Tidak dipungkiri, saya sendiri punya pilihan dan kecenderungan berpihak pada salah satu paslon Capres Cawapres, tetapi sekuat tenaga saya menahan diri tidak membuat status menjelekkan.

Entahlah, tanda jaman seperti apa ini, fenomena yang sekarang marak terjadi, membuat orang yang tadinya saya pandang berilmu, kini di mata saya merendahkan dirinya sendiri. Baik dari kalangan akademisi, para petinggi atau agamawan sekalipun, seolah-olah tidak ada bedanya dengan orang kebanyakan yang kurang berilmu.

Jangankan di level pertemanan (saling kenal), beberapa nama tokoh masyarakat atau public figure yang dulunya saya kagumi sekarang terasa asing. Tindak tanduk dan ucapan si tokoh ini, jauh dari yang pernah saya kenal dan ikuti (karena saya pernah hadir dalam kajian atau seminar tokoh dimaksud).

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Betapa, harga yang harus dibayar untuk Pemilu 2019, rupanya tidak hanya mahal dalam arti hitungan secara angka atau materi saja. Tetapi lebih dari itu, cideranya hubungan pertemanan, persaudaraan, jalinan kekerabatan, semakin renggang gara-gara perbedaan pilihan capres.

Sebaiknya sudahi, minimal dari diri sendiri, tak usah larut dan latah membuat status di medsos, yang isinya menghujat atau memancing keributan. Karena kita hidup tidak hari ini saja, besok, lusa dan hari-hari kedepan masih panjang, sangat mungkin yang sekarang berbeda akan menjalin kerjasama.

----------

Perbedaan adalah sunatullah (hukum alam), yang akan terus dan tetap berlangsung sampai roda dunia ini selesai berputar. Tapi perbedaan seharusnya jangan memecahkan, justru musti menyatukan dan merekatkan untuk saling mengisi dan memberi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun