Bukankah mur dan baut juga berbeda, justru ketika disatukan akan saling menguatkan dan membuat mesin motor bisa bekerja maksimal. Pun orang yang berbeda pilihan Capresnya, semestinya tidak dipermasalahkan dan jangan dibesar-besarkan perbedaan yang terjadi.
Sayangnya, pendangan dan penerimaan setiap orang tidak sama, kerap kali "ngegas" kalau yang berpendapat adalah orang yang berbeda (untuk konteks sekarang pilihan).Â
Maka di sinilah kedewasaan setiap orang diuji, seberapa bisa menguasai diri, dan bisa tampil elegan dihadapan orang yang berbeda pandangan.
Topik politik (bagi suami istri yang beda pilihan), akan membuat suasana rumah menjadi panas, merembet ke hal lain yang tidak ada kaitannya.Â
Lagi pula apa untungnya, suami istri beradu argumen, atas tema besar yang tidak secara langsung berdampak pada kelangsungan asap dapur. Toh, pilihan capres siapapun yang menang, tugas seorang suami tetaplah sama tiada berbeda, ya tetap mencari nafkah dan menghidupi keluarga.
Pun kewajiban istri juga tidak berubah, tetap mengurus anak-anak dan rumah tangga, membahu bersama suami menciptakan suasana harmonis dalam rumah tangga, Sederhana Bukan...
Pesta demokrasi lima tahunan saat ini, memang menguras energi dan pikiran, tapi jangan sampai sikap kita justru merugikan diri sendiri. Kita rakyat kecil tetaplah sebagai rakyat kecil, Â tidak diuntungkan atau (apalagi) dirugikan karena beda pilihan capres dengan teman, tetangga, saudara, bahkan dengan pasangan sendiri.
Jadi, be wise teman, hidup dan keseharian kita musti tetap dan terus berlanjut, meskipun hujan badai dunia perpolitikan sedang terjadi sekarang ini. Sebagai rakyat kecil (dan bukan tim sukses Capres), ada baiknya nimbrung sekedarnya dan seperlunya saja,  tidak perlu membela mati-matian.
Dan bagi suami  istri yang beda pilihan, ingat masa depan anak-anak lebih utama dibahas, dibanding mendiskusikan masalah Capres Cawapres yang sama-sama tidak saling kenal.
Salam Pemilu Damai