"Ayah, adik pengin dibeliin lego yang itu lho" rajuk gadis kecil.
Saya coba check harga mainan yang dimaksud di beberapa toko, angka tertera di bandrol (menurut saya) lumayan mahal. Daripada uang sebegitu banyak untuk membeli mainan -- biasanya seminggu sudah bosan--, sebaiknya untuk belanja barang kebutuhan rumah tangga.
Dan siapa sangka, saat mengahadiri sebuah acara, pada sesi door prize nama saya keluar dan mendapat voucher belanja. Dua lembar voucher sudah ada ditangan, ternyata berlaku di banyak merchant, salah satunya untuk membeli mainan incaran gadis kesayangan.
"Alhamduliilah, rejekimu nak" gumam batin ini.
------
Dalam bahtera rumah tangga, setiap anggota keluarga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk saling mengisi dan menguatkan. Tugas dan peran tersebut jangan ditukar sekehendak hati, bisa berakibat fatal dan berpengaruh pada martabat pengembannya.
Ayah atau suami misalnya, ditunjuk kehidupan sebagai tulang punggung keluarga, diberi amanah menjemput nafkah bagi istri dan anak-anak di rumah. Keperkasaan tubuh dimiliki kepala keluarga akan berdaya guna, justru ketika pergi menjemput penghidupan untuk orang dikasihi.
Si istri memiliki peran untuk melengkapi, bertugas mengelola rumah tangga, memastikan rumah sebagai tempat paling nyaman bagi suami dan anak-anak. Dan anak-anak adalah generasi dipersiapkan untuk masa mendatang, sebagai penerus cita-cita ayah dan ibu ketika usia beranjak senja.
Sebagai kepala keluarga, laki-laki tidak boleh sok berkuasa, seenaknya berbuat kasar kepada istri dan anak- anak merasa dirinya sebagai pemilik uang seutuhnya. Anggota keluarga berhak mendapat perlakuan baik, sehingga perasaan mereka nyaman, tidak menghindar ketika suami atau ayah ada di rumah.
Kepala keluarga yang tidak berlaku baik (pada anak atau istri), ibarat menanam ranjau yang kelak letusannya mengenai dirinya sendiri. Ketika  lelaki perkasa memasuki renta dan tubuh mulai rentan sakit, anak-anak sudah besar akan berlaku abai pada ayah yang pernah berlaku kasar.
Maka, mumpung badan segar bugar, tidak ada salahnya kepala keluarga mempersembahkan sikap terbaik pada anak dan istri. Mumpung badan tegap dan tenaga masih kuat, bisa digunakan untuk bekerja giat dan ikhlas untuk memberi nafkah terbaik.
Bahwa tentang perolehan, janganlah gusar dan bimbang, tugas kepala keluarga sebatas berusaha sekuat tenaga untuk menjemputnya. Akan ada keajaiban (lewat jalan atau pintu tak terduga) tak kasat mata, yang akan mencukupkan rejeki dibawa pulang sebagai persembahan keluarga.
Percayalah ayah, istri dan anak-anakmu tidak pernah memberatimu, mereka membawa jatah rejekinya sendiri, hak mereka dijamin oleh pemilik kehidupan. Bahwa ayah ditunjuk sebagai perantara, segenap jerih payah dan pengorbanan tulus, kelak menjadi catatan akan ada perhitungan tersendiri.
Berbanggalah para kepala keluarga, tugas pencarian nafkah sejatinya tugas sangat mulia, yang akan mengangkat kemuliaan kalian juga.
"Kakak pengin nonton Captain Marvel deh Yah" ujar si sulung suatu sore, "Itu, film superhero yang diadaptasi dari Komik......"
Lelaki puber bercerita panjang lebar meyakinkan ayahnya, berusaha keras agar diluluskan keinginan nonton film yang sudah ditunggu penayangannya.
Bukan perkara nontonya, masalah si ayah adalah sedang ada kebutuhan lain minta dipenuhi lebih dahulu dibanding nonton bioskop. Dan siapa sangka, bersamaan batin sedang bimbang, mempertimbangkan untuk menuruti kemauan anak lanang di salah satu group WA ada kabar yang pas banget.
Kebetulan saya pengurus (tidak aktif) komunitas film, sedang ada tawaran nonton (kebetulan judul filmnya pas banget) Captain marvel. Pada saat kuota seat sudah penuh, saya mendaftarkan diri untuk mendapatkan dua seat, beruntung jelang hari H ada yang cancel dua seat pula.
Kalau mau dikisahkan, masih banyak kejadian yang pas-pasan saya alami, ketika anak atau istri membutuhkan sesuatu tiba-tiba jalan tak terduga itu terbuka. Peritiwa demi peristiwa yang terjadi, membukakan pencerahan bahwa istri dan anak-anak membawa rejekinya sendiri-sendiri.
Sangat mungkin, rumah yang kami tinggali, kendaraan yang kami naiki, makanan yang tersaji di meja makan saban hari, ada catatan rejeki setiap anggota keluarga. Semantara bagi kepala keluarga, jangan merasa sok kuasa dan berlaku aniaya, merasa diri sebagai kunci rejeki keluarga.
Suami atau ayah sejatinya adalah pengayom keluarga, adalah orang yang dihadirkan untuk melindungi dan menyayangi anak dan istri. Dari setiap tetes keringat yang mengembun di pori-pori ayah, terkandung rejeki yang menjadi bagian anak dan istri. -salam- Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H