Apakah teman ini kaya dan berlebih harta ? Kalau menilik tempat tinggal, jenis pekerjaan (kesimpulan saya) teman ini dengan sosial ekonomi kebanyakan. Sikap yang menyadarkan saya adalah, bahwa ternyata tidak harus menunggu berpunya, untuk mempersembahkan bakti pada orangtua.
Dalam kondisi apapun yang kita jalani saat ini, asal punya niat yang kuat, sebenarnya kita sangat bisa mengurus orangtua. Jadi tidak ada alasan, yang anak-anak masih kecil, yang rumah masih ngontrak, yang masih punya cicilan kredit ini dan itu, serta sederet alasan lainnya.
"Buat kebutuhan sendiri saja masih kurang", "Jangankan kasih bulanan buat ortu, SPP anak saja nunggak dua bulan", "biar saudara yang lain aja-lah, yang kirim bulanan buat ortu"Â
Alasan-alasan ini (sekilas) memang masuk akal sih, tapi justru inilah yang mengendurkan niat dan semangat berbakti. Â
Padahal, orangtua (apalagi kalau tinggal ibu) sebenarnya hanya butuh perhatian dari anaknya, pemberian berupa uang atau barang adalah urusan kedua. Pada usia yang sudah lanjut, orangtua tidak butuh neko-neko, asam garam kehidupan telah ditempuh banyak hal sudah dialami
Kalau dipikir, seberapa banyak coba, porsi makan orang sudah sepuh, giginya tidak lengkap lagi, tidak semua makanan bisa dikunyah. Kemudian berapa uang belanja diperlukan, kalau makan saja hanya sedikit, bergerak juga ekstra hati-hati, pasti tidak pengin jalan-jalan windows shopping.
*BalikKeCeritaTeman. -- Akhirnya sang ibu manut tinggal di rumah ragilnya (anak ke lima), bersama menantu (istri teman baik ini) dan dua cucunya di daerah penyangga ibukota.
"Emang cukup?" saya mengulang pertanyaan
"Ya.., dicukup-cukupin-lah" jawabnya sama
Seperti uang sekolah anak, uang jatah belanja bulanan buat istri, uang bayar listrik (teman ini tidak punya kredit), post yang wajib diisi setelah gajian diterima. Eit's tunggu dulu, ada satu lagi post yang membuat saya terhenyak. Adalah post wajib untuk jatah sang ibu, saya tidak tahu persis jumlahnya, tapi cara ini yang membuat teman ini tidak berat hati berbakti.