Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Begini Cara Makan Nikmat Tapi Badan Tetap Ideal!

8 April 2019   14:07 Diperbarui: 8 April 2019   18:10 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan, mulai ramai orang menggelar hajatan pernikahan, baik diadakan di gedung atau di kampung, baik menyewa hotel mewah atau cukup rumah. Semua sih sama saja, namanya penikahan intinya hanya satu, yaitu agar mempelai menjadi pasangan suami istri yang syah.

Setiap acara yang mengundang orang banyak, tidak bisa dihindarkan adalah menyajikan menu, tuan rumah berusaha mempersembahkan yang terbaik. Makanan (bisa dikategorikan) menyangkut harga diri, kalau disuguhkan sekedarnya saja, bisa dibatin tamu yang sudah jauh-jauh datang.

"Gak Menghormati tamu", "Ini yang punya hajat, pelit banget ya", "Masak, tamu belum habis, makanan sudah tandas". Begitulah omongan berseliweran, kadang membuat tuan rumah merasa tidak nyaman, sehingga tidak mau ambil resiko penilaian orang.

Demi memantaskan diri, pengundang (biasanya) rela menyediakan aneka menu dalam jumlah dua kali lipat undangan yang disebar. Menu dipilih juga yang istimewa, makanan utama dengan daging berkualitas dan diperhatikan makanan pendukungnya, tak lupa makanan pembuka dan disediakan penutup.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Logikanya memang benar, satu undangan (umumnya) terdiri dari suami istri dan mengajak serta anak masih kecil -- satu undangan untuk dua dewasa satu anak.

Pikir pengundang, daripada kekurangan makanan beresiko menanggung malu, lebih baik berlebih dan akan lebih mudah mencari orang untuk menghabiskan.

Sungguh saya prihatin dan miris, melihat makanan enak dan mahal, ditelantarkan di sana sini, bahkan ada yang baru dicolek sedikit sekilas tampak utuh. Daging belum juga separuh tersentuh, soup masih setengah mangkok ditinggal begitu saja, daging ayam masih nempel tulang baru satu gigitan.

Duh, piring-piring ukuran jumbo itu berserakan, padahal belum juga tandas makanan di atasnya, mau tidak mau sajian separuh dimakan terpaksa dianggap sampah. Gelas-gelas berdetingan, mangkok ngumpet di bawah meja, piring buah bertengger di dudukan kursi, sendok dan garpu lintang pukang,

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Sayang banget ya, padahal di luaran sana masih banyak sekali orang tidak makan, sementara di tempat hajatan makanan malah dibuang-buang tanpa rasa sayang. Begitulah dampak dari konsep prasamanan, orang cenderung tidak pikir panjang, bebas mengambil makanan apapun sesuka hati.

Namanya juga manusia, lebih sering tidak bisa mengontrol nafsu, apabila dihadapannya dihamparkan makanan berlimpah ruah dan gratis pula. Saya yakin, orang yang mengambil makanan dengan nafsu berlebih, biasanya tidak terlalu aware dengan cita rasa makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun