Bayangkan, ketika kita masih kanak-kanak, sudah tak terhitung  berapa kali kita berpolah tingkah yang membuat ibu marah atau (bahkan) malu. Dan ibu (ayah juga pastinya) tetap saja teguh, tidak pernah berhenti menyayangi anaknya, nyatanya kita masih ada hingga detik ini.
Setiap keputusan selalu ada ujiannya, termasuk niat baik mempersembahkan bakti kepada orang tuanya juga tidak lepas dari ujian. Tetapi bukankah dengan adanya ujian, justru memberi kesempatan kita untuk memperkuat niat dan tekad sehingga menjelma menjadi ketangguhan.
Kita pasti melewati saat lapang atau sempit, sesekali kita akan berada dalam situasi lapang dan sempit dalam hal keuangan. Tetaplah konsisten dengan tekad, jangan mengendurkan semangat, untuk terus mempersembahkan bakti kepada orangtua.
Dan biarlah waktu yang akan menjawab dengan sendirinya, tentang bukti atas ketangguhan rasa sayang anak pada orangtuanya. Menyayangi ibu dengan tangguh, adalah menyayangi sepenuhnya, tanpa peduli terik dan mendung tanpa terpengaruh lapang atau sempit.
Yakinlah, meski sayang anak tak bakal sepadan dengan sayang ibu, setidaknya kita sudah berusaha membuktikan ketangguhan akan rasa sayang itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H