Sungguh, saya sempat dibuat tak percaya dengan pemandangan di depan mata, betapa drastis naik turun kehidupan tejadi nyata. Lelaki bermata sipit itu, tampil dengan tubuh kurus kering, ketika kami bersalaman, saya merasakan tulang menonjol pada jari jari di tangannya.
Tidak ada lagi tubuh kekar, tegap penuh daging, air muka yang segar berapi api itu, kini cahayanya redup  berbalik seratus delapan puluh derajad.
Tetapi watak keras itu, tetapi kilatan sorot mata muslihat itu, tetapi tekanan suara bernada intrik itu, masih saja saya rasakan sepanjang pertemuan.
"Saya bangkrut, habis semua, istri saya ceraikan," kisahnya pilu "perempuan nggak berguna, maunya kerja di rumah nggak menghasilkan uang, padahal kalau dari dulu dia mau kerja kantoran, kan bisa bantu suami pas jatuh kayak gini" selebihnya saya tak menyimak omelan panjang itu.
Entahlah, apa maksud dibalik ajakan ngobrol siang itu, saya sendiri masih menebak-nebak sepanjang pertemuan tengah berlangsung. Â Apalah saya, sampai dijadikan tempat curhat masalah pekerjaan dan rumah tangga, untuk orang sekelas bapak satu ini.
Sampai akhirnya handphone saya hilang dan ganti nomor, komunikasi kami terhenti dan  sampai sekarang kami tidak lagi berkabar.
Istri Memilih Menjadi Ibu Rumah Tangga
"iya juga sih, Istri kalau kerja kantoran, bisa mengaplikasikan pengetahuan selama  sekolah, sementara masalah  gaji biar menjadi dampaknya saja" jelas seorang teman kantor.
Kok saya yakin ya, perdebatan antara perempuan yang memilih menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT) dan menjadi pekerja kantoran tak akan ada selesainya.
Masing-masing pilihan akan lebih unggul di mata pemilihnya, karena masing masing melihat dari sudut pandang berbeda -- jadi nggak pernah ketemu.
Persis, seperti perdebatan antar pemilih dua Capres pada Pilpres 2019 sekarang ini, kubu A pasti mengunggulkan capres pilihannya, demikian juga dengan kubu B.
Goreng menggoreng berita menjadi bahasan di medsos saban hari, selalu melihat satu kejadian/ peristiwa dari dua sudut pandang berbeda, bantah-bantahan  dan tidak pernah ketemunya -- sudahlah.