Kalau saya dulu, sengaja mengalihkan pikiran, dengan membaca aneka buku pernikahan pun buku bertema keluarga.Hal ini saya lakukan, seolah ingin menunjukkan kepada Tuhan bahwa saya sudah siap dan serius belajar menjadi suami dan ayah yang baik.
Bukankah, apa yang kita lakukan dan ikhtiarkan, adalah pengejawantahan doa itu sendiri, menjadi cara menunjukkan kesungguhan. Intinya, jangan gentar dan jangan mudah putus asa !!
Menjadi Jomblo Bermartabat Biar Nggak dinyinyirinÂ
Para lajang yang bersiap diri memasuki gerbang pernikahan, artinya sudah siap secara mental, fisik dan tentunya financial dong.
Karena tidak mungkin kan, berucap siap nikah hanya di mulut saja, kenyataannya masih belum bekerja dan berpenghasilan---setuju kan.
Menjadi jomblo bermartabat, bisa dilakukan, sembari menunggu (dibarengi usaha mencari) belahan jiwa tiba. Kenapa tidak kita rubah waktu dan keadaan menjadi energi positif, menjadi cara efektif 'membungkam' orang nyinyir.
Caranya? begini, kalian yang punya saudara nyinyir, coba deh balas dengan kunjungan dengan membawakan (misal) popok atau susu atau makanan buat anaknya (berarti keponakan kita).
Mungkin saja mereka berharap, siapa tahu pada kunjungan berikutnya dibawakan (misal) minyak telon dan sabun bayi---lumayan kan.
Sekarang kalau yang nyinyir teman kantor, coba saja sesekali datang ke kantor membawa panganan untuk dimakan bareng-bareng (terutama tukang nyinyir). Pas hari ulang tahun teman suka nyinyir, belikan kado sekira barang disuka, balas perbuatannya dengan pemberian.
Sambil memberikan bingkisan, selipkan kata kata minta didoakan supaya kita dimudahkan bertemu tambatan hati. Saya yakin, kecil kemungkinan teman menolak pemberian, orang-orang yang semula nyinyir minimal akan berkurang kadar kenyinyiran.
Terlebih kepada orangtua, jangan suka terlalu berhitung, apalagi bagi lajang berpenghasilan yang hanya menanggung kebutuhan sendiri.