Orangtua mana tidak marah, mengetahui anak kesayangan mengalami perudungan atau penindasan atau bullying.
Kalau mau menuruti hawa nafsu, rasanya orangtua pengin turun tangan langsung, membalas rasa kesal dan pasang badan menghadapi si pembully.
"Biarin, biar saja KAPOK !!" batin orangtua
Kemarahan ini memang sangat wajar, justru aneh kalau orangtua tidak marah mengetahui anaknya ditindas.
Tetapi sebelum meluapkan amarah, ada baiknya dipikir panjang akibatnya, apakah tindakan orangtua melabrak pembully sebagai tindakan yang tepat.Â
Yakin, pembully bakalan kapok kalau kita orangtua berhadapan langsung, entah sekedar ngomel atau benar-benar marah atau menasehati pada pembully.
Kalau memang sekedar menasehati pembully (dengan catatan tanpa pakai marah), mungkin masih mending dan aman sih. Tapi kalau sudah marah-marah, atau (amit-amit jangan sampai) pakai menyakiti fisik, pakai ancaman ini dan itu (namanya juga emosi) pasti sudah keterlaluan.
Padahal dengan alasan apapun, Â (menurut saya) tetaplah tidak sepadan, Â orangtua (notabene jauh lebih dewasa) berhadapan dengan anak-anak.
Si pembuly yang juga seusia anak kita, harusnya kita anggap sebagai anak sendiri, seharusnya justru kita timbul rasa kasihan.
"Anak ini, mungkin butuh perhatian lebih dari orangtuanya" gumam batin ini, ketika bertemu pembuly anak saya dan rasa kesal sontak lenyap.