Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Apa Maksud di Balik Pertanyaan "Kapan Nikah?"

19 Februari 2019   05:30 Diperbarui: 19 Februari 2019   18:03 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu, pada rentang usia 26-27-28, saya pernah dibuat sangat kesal dengan satu orang usianya beberapa tahun di atas saya. Pasalnya dia kerap bertanya "Kapan Nikah", tanpa pandang tempat dan waktu, parahnya pertanyaan sama selalu diulang di berbagai kesempatan.

Saya bisa menangkap maksud kurang bagus, orang ini (seperti) ingin menjatuhkan harga diri saya. Memang seserius itu sampai menyangkut harga diri?

Bayangkan, ketika keluarga besar sedang berkumpul di sebuah acara nikahan, pertanyaan 'Kapan Nikah' dilontarkan orang ini (sambil cengengesan).

Bak seorang pesakitan yang tidak berdaya, sontak semua mata hadir saat itu tertuju pada saya, pandangan itu terasa tajam bagaikan menguliti. Sampai sekarang, kejadian itu masih lekat terekam benak, campur baur perasaan malu, sakit hati, kikuk, linglung dan rasa tak enak lainnya.

Belum lagi, kalau tidak sengaja ketemu secara personal, atau ketemu pas acara tertentu, kalimat sama masih saja terdengar telinga. Salahnya saya, terlalu sungkan pada orang yang lebih tua, budaya jawa rasa ewuh pekewuh melawan orang secara frontal turut mempengaruhi sikap saya.

Maka cara saya menyerang balik, adalah dengan diam membisu dan tidak memberikan reaksi atas ucapannya, sambil menunjukkan wajah tidak suka.

Belajar dari kejadian membuat  malu dan sakit hati, saya malas datang bahkan di hari lebaran tidak pulang dengan alasan lembur.

Entahlah, salah apa pernah saya perbuat, sampai orang ini begitu tega dan getolnya berlaku demikian pada saya. Saya menerka-nerka, sepertinya (sepertinya ya) ada rasa iri terselip melihat pencapaian karir saya kala itu sementara dia begitu begitu saja ( ini sekedar analisa)

Tetapi sebenarnya ada juga dampak positif, yaitu saya lebih terpacu berusaha menemukan belahan jiwa, giat bertanya kesana sini mencari kenalan.

Akhirnya doa dan pengharapan ini terkabulkan juga, setelah menempuh perjalanan dan penantian panjang, perempuan dinanti bersua melalui jalan tidak disangka.

Baru kenal tiga minggu, saya bersikeras datang dan bertemu orang tua calon istri (kala itu), demi mengejar target menikah sebelum tigapuluh tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun