Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Prioritas Itu Bernama Keluarga

14 Februari 2019   07:10 Diperbarui: 14 Februari 2019   07:08 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


 

Asuransi Jiwa bukan hanya digunakan sebagai perlindungan, tetapi juga sebagai perencanaan keuangan masa depan (dikutip dari allianz.co.id)- 

Saya benar-benar merasakan, betapa besar dan pentingnya peran sebuah keluarga. Keluarga menjadi alasan saya, rela banting tulang dan bersusah payah. Keluarga adalah sumber energi, menghantarkan kekuatan kasat mata namun ada, kekuatan yang bertumbuh ketika batin dan tubuh berangsur lelah.

Coba bayangkan, saat pikiran suntuk karena pekerjaan, sampai di rumah disambut buah hati dengan wajah yang manis dan tatapan cemerlang. Siapapun yang melihat dijamin gemes, senyum terbit mengembang, segala penat dan rasa capek seketika hilang melayang.

Masalah apapun yang terjadi 'life must go on', karena tugas dan perjalanan hidup masih panjang, jangan berhenti dan terpaku pada satu titik saja. Apalagi yang sudah menjadi orang tua, pasti ingin mengantarkan anak-anak menggapai mimpi di masa depan, mendapati buah hati berhasil.

Pada masa post modern ini, kekhawatiran akan masa depan bisa diatasi dengan produk perlindungan, yang bisa anda pilih sesuai kebutuhan.

--oo00oo--

Tanpa terasa lima belas tahun lebih, saya merantau di ibu kota, sebuah keputusan yang sebelumnya tidak terlintas di pikiran karena dulu saya berkeinginan untuk menetap di Surabaya. Sekarang saya tinggal dan menetap di kota penyangga, membangun keluarga.

Sekian lama berkegiatan di Jakarta, satu hal saya rasa belum berubah, membuat "ketakjuban" saya akan kota (luar biasa) besar ini, masih sama sejak kali pertama datang. Adalah masalah kemacetan, menjadi tantangan (baca masalah) yang belum terpecahkan, meskipun beberapa kali ganti kepemimpinan dan aneka peraturan diterapkan.

poskota.com
poskota.com
Tak dipungkiri, bahwa kemacetan menjadi salah satu pemicu stres, orang yang terdampak stres biasanya mudah kalut kemudian merembet pada pekerjaan dan keluarga. Stres akibat jalanan macet ditambah stres karena beban pekerjaan menumpuk, bisa-bisa pulang ke rumah bersikap tidak ramah kepada anak dan istri -- jangan dong, kasihan mereka.

Saya sendiri pernah dibuat stres dengan macet, ketika berangkat meeting di daerah HI, sementara kendaraan saya tumpangi terjebak di daerah Benhil. Persis di depan mobil ada sedan, di sebelah kiri kepentok beton atau separator pembatas jalan, persis di sebelah kanan ada mobil lain merambat pelan.

Padahal jarum jam terus bergerak, orang yang diajak ketemuan sudah sampai lokasi, bahkan setengah jam sebelum waktu ditentukan. Rasanya sudah tidak sabar, pengin terbang sekalian mobilnya, turun persis di pelataran atau parkiran kantor tempat janjian.

Stres memang tidak kenal tempat dan waktu, tetapi kita tidak boleh kalah, harus bisa mengatasi dengan mengelola stres agar menjadi produktif.

Saya berusaha mengalihkan perhatian, dengan menyanyi kecil mengikuti lirik lagu yang terdengar dari radio di dalam mobil.

Membuat celetukan atau cerita lucu dengan teman satu perjalanan, agar suasana kaku berubah cair dan lebih santai. Jangan lupa menjalin komunikasi dengan partner meeting, mengabarkan pergerakan, sesekali bertukar pikiran tentang pokok-pokok yang dibahas dalam pertemuan.

Akhirnya sampai di tempat janjian, saya telat nyaris satu jam, melanjutkan ngobrol lebih serius setelah diskusi melalui chatting.

meeting dengan partner- dokpri
meeting dengan partner- dokpri
Sejak saat itu, saya introspeksi diri masalah manajemen waktu, yaitu berangkat mulai dua jam sebelum waktu ketemuan disepakati. Bagi saya tidak masalah datang lebih dulu dan menunggu, dari pada telat dan membuat orang lain kesal.

Sejauh (berangkat 2  jam sebelumnya) saya praktikkan, hasilnya cukup manjur, biasanya (rata-rata) setengah jam sebelum waktu meeting saya tiba di lokasi. Bahkan kalau jalanan sedang lancar, saya bisa sampai satu jam sebelum kesepakatan dibuat, alhasil saya bisa lebih santai.

Datang lebih awal, membuat saya tidak stres karena macet, pikiran bisa lebih fresh untuk menyiapkan bahan rapat lebih lengkap dan detil. Kalau meetingnya di pusat perbelanjaan, saya menyempatkan jalan keliling mal, sembari cuci mata sembari menggali inspirasi dan menghilangkan stres.

Terhindar dari stres, dapat membuat kita jadi lebih produktif, hasil kerja dicapai juga lebih optimal, tujuan akhir keluarga bahagia juga diraih. Pulang ke rumah pikiran tidak lagi rungsing, punya waktu bermain dengan anak bisa ngobrol dengan istri, tanpa dibebani pekerjaan di kantor.

Ah, alangkah indahnya hidup ini...

Prioritas itu Bernama Keluarga

Saya penganut paham untuk mengedepankan kebahagiaan keluarga dibanding kepentingan yang lainnya. Artinya semua ada waktunya, jangan sampai kita terlalu fokus pada pekerjaan sampai-sampai mengorbankan anak istri.

Padahal tujuan utama bekerja, kan untuk membahagiakan anak istri, kalau justru diperbudak pekerjaan jadinya salah juga -- kecuali sesekali masih bisa ditoleransi.

Saya berusaha menggunakan waktu kerja se-optimal mungkin, mengerahkan kemampuan sebisanya untuk menghasilkan yang optimal juga. Namun ketika sedang bersama keluarga, saya tidak ingin (sering-sering) mengurangi kualitas kebersamaan dengan menyambi kerja.

prioritas itu bernama keluarga -dokpri
prioritas itu bernama keluarga -dokpri
Nah, kebahagiaan bisa dicapai dengan banyak cara, selain dengan perhatian dan kebersamaan, perlu juga dipikirkan perlindungan diri. Berusaha menjamin kebahagiaan keluarga itu penting lho, berharap senyum orang dikasihi tetap mengembang apapun kondisi tengah berlangsung.

Analogi 'sedia payung sebelum hujan' terasa pas, bahwa proteksi (dalam hal ini diibaratkan payung) perlu disediakan sebelum hujan benar-benar turun. Karena kalau kita tidak menyiapkan proteksi, sewaktu-waktu terjadi hal kurang mengenakkan, ujung-ujungnya stres datang juga kan.

Perlindungan Jiwa sebagai Solusi

Masa depan anak perlu direncanakan sejak dini dan asuransi menjadi bisa solusi untuk perlindungan jiwa sebagai aset paling berharga.

Kita mungkin sudah tidak asing, dengan produk asuransi konvensional, seperti asuransi pendidikan, asuransi kesehatan, asuransi kendaraan dan jenis asuransi lazimnya.

samuelueco
samuelueco
Nah, Asuransi Allianz mempersembahkan produk yang antimainstream, bernama Allianz Payor (Perlindungan berkelAnjutan Yang ekOnomis dan teRjangkau). Allianz 'Payor Protection & Spouse Payor Protection' bisa menjadi solusi jitu untuk perlindungan diri sendiri dan keluarga.

Produk Allianz Payor Protection & Spouse Payor Protection cukup unik, karena mempertimbangkan keberlangsungan perlindungan kesehatan seperti penyakit kritis bagi anak dalam polis melalui pambayaran premi rutin, ketika si pemegang polis sudah tidak bersama keluarga dicintai.

Jadi apabila pemegang polis sudah tidak bersama orang dicintai, premi tetap dibayarkan oleh Allianz hingga seolah-olah mencapai usia 65 tahun saat pemegang polis atau pasangannya meninggal karena sakit atau kecelakaan.

Manfaat berupa santunan penyakit kritis, perlindungan kesehatan anak tidak serta merta terhenti akibat polis tidak dibayar atau batal.

allianz.co,id
allianz.co,id
Apa saja keunggulan asuransi Allianz Payor Protection & Spouse Payor Protection?
  • Tenang, karena manfaat perlindungan Polis asuransi selalu tersedia
  • Biaya asuransi ekonomis dan terjangkau.

Apa manfaat perlindungan yang didapatkan nasabah Allianz Payor ?

  • Termasuk Premi Top-Up berkala
  • Selama Pembayaran Total Premi Berkala secara rutin dan Nilai Investasi cukup untuk biaya asuransi, administrasi bulanan dll
  • Terkecuali selama cuti premi dan nilai investasi masih cukup untuk tagihan asuransi, biaya administrasi dan lain-lain.

Kini, Keputusan itu di tangan anda..

Namanya hidup, pasti ada risiko yang bakal dihadapi. Masalahnya tidak semua risiko bisa diprediksi, misalnya sakit atau meninggal.

Maka agar senyum terus mengembang, di bibir orang yang terkasih, sudah saatnya anda merencanakan memiliki polis asuransi jiwa. Ada baiknya jangan pilih asuransi dengan manfaat yang biasa-biasa saja, tetapi pilih yang memberi manfaat luar biasa.

Asuransi Allianz Payor dengan manfaat unik, menjamin nasabah tidak usah memikirkan membayar premi (dibayarkan Allianz seperti penjelasan di atas). Keluarga tercinta yang ditinggalkan, tetap bisa merasakan manfaatnya.

Salam sehat dan salam proteksi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun