Rasanya tepat perumpamaan "Ratu dan Raja Sehari" disematkan pada pasngan penganten di sebuah pesta pernikahan. Pada hari terbilang istimewa, pasangan berbahagia menjadi pusat perhatian, semua kebutuhan serba dilayani.
Tamu yang datang memenuhi undangan, menyaksikan kebahagiaan dua mempelai, mengaminkan doa terpanjatkan. Semua tamu hadir larut dalam suka cita, bersantap hidangan lezat, memberi pengharapan terbaik bagi rumah tangga baru.
"Pesta Pasti Berakhir" demikian judul lagu bang Haji Rhoma Irama, tepat untuk menggambarkan prosesi resepsi pernikahan. Namanya juga raja sehari, tidak heran kemewahan dirasakan di pesta pernikahan berlangsung sejenak (alias sehari saja).
Pada keesokan harinya, pasangan penganten baru berhadapan dengan kenyataan hidup sesungguhnya memulai berjuang dari nol. Mulai memikirkan tempat tinggal, apakah mau nge-kost, ngontrak atau tinggal di rumah orang tua---bagi yang punya rumah sendiri tidak perlu repot.
Berangkat dari titik inilah, suami istri akan beradaptasi, saling mengisi kekurangan dan sama-sama bepikiran untuk jangka panjang. Mengawali rumah tangga baru, Â pada umumnya akan dihadapkan pada banyaknya pekerjaan rumah (PR)---dan itu wajar.
Satu di antara PR tersebut, adalah mengisi perabot rumah tinggal, dan untuk kebutuhan ini memerlukan alokasi dana tidak sedikit.
Strategi Hemat Membeli Perabot
Keputusan dalam rumah tangga adalah hasil kompromi suami istri, berbeda dengan bujangan yang lebih bebas semau sendiri. Orang yang sudah berkeluarga, cenderung 'dipaksa' keadaan untuk mengelola ego, karena ada pendapat pasangan yang harus didengarkan.
Begitu pindah ke tempat tinggal baru (kost, ngontrak, rumah sendiri), mulai ada barang- barang  dipikirkan menjadi kebutuhan keluarga. Beberapa strategi ini, mungkin bisa anda terapkan, setidaknya bisa menghemat pengeluaran membeli kebutuhan rumah tangga.
Manfaatkan Kado Hasil Resepsi
Saya dan istri, tak sabar pengin membuka kado pernikahan dari tamu yang hadir, ada rasa penasaran tiba-tiba menyeruak. Kado pernikahan, sangat bisa membantu mengisi tempat tinggal, sebelum membeli sendiri perabot yang hendak ditulis dalam daftar belanja.
Pengalaman saya, beberapa pajangan saya dapatkan dari kado, seperti Vas bunga, lampu meja, hiasan dinding, jam dinding dan sebagainya.
Menabung Perabot
Kalau di beberapa daerah ( termasuk kampung halaman saya), ada sistem menabung perabot dengan cara datang kalau mendapat undangan pernikahan. Kalau kita sekarang mau datang ke satu pernikahan, maka nanti tuan rumah gantian datang pada saat kita menikah.
Penjelasan sistem menabung seperti ini, sebagai bujangan yang datang ke pernikahan teman, bisa  membawa kado barang yang dibutuhkan setelah menikah.
Misalnya kita membawa kado kompor, maka waktu menikah akan dikembalikan kompor. Pada  kondangan yang lainnya, kita bisa membawa rice cooker, blender, microwave dan seterusnya.
Sistem menabung perabot cukup efektif, masyarakat desa masih mengedepankan rasa pakewuh apalagi pada orang yang telah memberi budi.
Apalagi kalau yang menikah saudara (kandung, sepupu, saudara jauh), bisa-bisa membawa barang lebih mahal dari yang pernah kita tabung.
Orang desa pada umumnya sangat menjaga persaudaraan, kado barang dibawa biasanya lebih bagus atau minimal sama.
Tetapi hal ini tidak berlaku mutlak ya, karena ada juga kasus, orang yang diundang balik ke pernikahan ternyata tidak datang. Jangan terlalu dipikirkan, toh rejeki datang dari arah manapun, apabila kita benar-benar iklas memberi kepada orang lain.
Menyicil Perabot Sebelum Menikah
Ketika umur dirasa sudah waktunya menikah, (meskipun belum ada calon) tidak ada salahnya mulai menyicil membeli perabot.
Saya sendiri dulu mempraktekkan, (terinspirasi dari teman) membeli lemari baju dan ranjang  berbahan kayu jati yang kokoh.
Kemudian barang berukuran besar dan berat ini, saya simpan di rumah orang tua di kampung, itung-itung untuk tabungan.
Begitu sudah ketemu calon, menyicil beli perabot bisa dilanjutkan lagi, pas ada uang bisa membeli (misal) meja kursi, buffet sesuai kebutuhan.
Strategi saya kala itu cukup efektif, perabot yang sudah beli sebelum menikah, bisa sekalian dijadikan barang seserahan saat lamaran.
Keuntungan menyicil membeli perabot, bisa lebih leluasa karena tidak berburu waktu, bisa memanfaatkan promo atau discount besar.
Manfaatkan Perabot Pemberian Orang tua
Pada awal pernikahan, baik orang tua maupun mertua masih rajin menjenguk anak yang baru saja lepas dari rumah. Ketika datang dan melihat rumah kontrakan anaknya, naluri orang tua tidak bisa tinggal diam, melihat anaknya kurang ini dan itu.
"Meja kayu di rumah mama, ntar bawa ke sini saja"
Sebaiknya kita tidak jagain pemberian, tetapi kalau orang tua berinistif memberi dan kita butuh, tidak ada salahnya kalau diterima.Â
Belanja Perabot Setelah Menikah
Baru setelah beberapa tahapan di atas dipraktekkan, ternyata masih ada perabot yang kurang, suami istri bisa belanja bersama-sama.
Tetapi tetap utamakan, membeli barang yang wajib ada dulu, kalau tidak terlalu penting jangan memaksa diri.
-00o00-
Membina rumah tangga selalu ada tantangan, suami istri musti punya komitmen tangguh, untuk menghadapi bersama. Kekompakan pasangan akan terlihat, ketika menghadapi hal- hal sepele dalam keseharian, termasuk dalam membeli perabot rumah.
Jangan sampai, hal-hal yang seharusnya bisa dibicarakan dan dikompromikan, menjadi pemicu perselisihan. Niatkan perjalanan mengarungi rumah tangga, sebagai perjalanan ibadah kepada Yang Maha Pencipta, agar hati lapang dan tidak mudah kecewa.
Semoga bermanfaat