Saya yakin, siapapun tidak bisa menjamin (bahkan untuk dirinya sendiri), bahwa roda hidup akan selalu di atas, bahwa dewi fortuna akan selalu berpihak.
Kehidupan terus berputar, hukum alam bekerja dengan adil dan sempurna. Yang sedih diganti senang, yang menderita bertukar gembira, kerugian dihapuskan keberuntungan, begitu seterusnya sampai akhir dunia.
Termasuk dalam kehidupan berumah tangga, pasangan suami istri pasti melewati aneka cuaca persoalan, melintasi hujan dan terik peristiwa. Semua keadaan yang dilewati setiap orang, sejatinya mengatarkan hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik oleh siapa saja.
Saya masih ingat sekitar sepuluh tahun silam, setelah tabungan kami terkuras untuk membeli rumah yang dicita-citakan. Satu dua bulan setelahnya, saya dan istri musti berhemat habis-habisan, karena keadaan memang menuntut demikian.
Bayangkan dengan saldo di rekening yang tinggal beberapa ratus ribu, sementara tanggal masih berada di pertengahan bulan. Istri harus pintar-pintar memutar otak, bagaimana dengan uang yang ada, bisa menyelamatkan asap dapur sampai akhir bulan.
Saya merekam strategi diterapkan istri kala itu, yaitu membeli beberapa papan tempe untuk dikreasikan menjadi beberapa masakan. Hari ini tempe orek, besok tempe tepung, pagi makan oseng-oseng tempe, sore ketemu tempe bacem, besoknya lagi tempe penyet.
Kalau lidah sudah mulai bosen, maka tempe orek dicampur sedikit teri dan kacang, oseng oseng tempe dicampur tahu, kemudian tempe penyet tambah ikan asin dan dipakai sambel matah.
Dan persis seperti perumpamaan roda berputar, keadaan tidak selamamnya flat, perlahan-lahan kembali pulih, kondisi keuangan keluarga berangsur stabil.
Setiap mengingat tahapan yang kami lalui tersebut, campur aduk perasaan ada di dada, muncul terharunya, ada lucunya, bahagia, semua tak bisa dijelaskan kata.
Menyadarkan kami sebagai pasangan suami istri, telah melewati aneka suasana, dan nyatanya bisa bertahan kemudian (alhamdulillah) bisa keluar dari badai keadaan.Â