Menurut pengakuannya, hadist tersebut menginspirasi dan menguatkan tekad untuk membuka rumah makan gratis.
Tanpa terasa dua tahun warung makan gratis beroperasi, siapapun dipersilakan datang dan makan tanpa syarat dan ketentuan apapun.
Bagaimana biaya operasional ?
Pada awalnya Adit dan istri masak makanan seadanya, porsi dan jenis masakan yang disajikan sesuai dengan uang yang dimiliki.
Semakin lama mulai ada donatur menyumbang bahan makanan, kini warung gratis bisa menyediakan porsi lebih banyak dan menu lebih beragam.
Niat mulia ini bukan tanpa ujian, Adit sempat tutup warung di tempat lama (di komplek perumahan), karena difitnah telah membawa pemulung dan mengakibatkan motor seorang warga hilang.
Kemudian  warung pindah tempat sampai habis masa pinjam, hingga akhirnya dibantu seorang pejabat, untuk menempati ruko selama lima tahun tanpa bayar.
Kisah Aditya Prayoga adalah bukti, ketika orang lain (yang lebih mampu secara finansial) abai berbagi makanan, kesempatan tersebut diambil lelaki rendah hati ini.
Adit yang masih ngontrak di rumah petak, merasakan dampak dari keputusan membuka warung gratis.Â
Hidupnya lebih tenang,  rejeki meski sedikit tapi berkah. Dulu dia kerap sakit, kini penyakit itu hilang.Â
Begitu juga MenulisÂ
Saya yakin Kompasianer pernah merasakan, kejenuhan menulis dan sama sekali tidak ada ide terbetik sebagai bahan tulisan. Alhasil blog nganggur selama berhari-hari, semangat menulis turun drastis, sementara waktu tidak ada artikel yang dihasilkan.