Siapa bisa menjamin, dalam hidupnya terbebas dari masalah. Sekaya dan sehebat apapun seseorang, saya yakin pasti memiliki masalah. Setiap orang menghadapi dan menyelesaikan masalah, dengan cara berbeda sesuai kapasitasnya sendiri-sendiri.
Problem dihadapi seorang direktur, terkait dengan lajunya sebuah perusahaan. Persoalan seorang manager, bersinggungan dengan divisi yang dipegang. Pun masalah yang dipanggul karyawan biasa, masalah dihadapi office boy, memiliki tingkatan yang berbeda  termasuk dampaknya.
Masalah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan, namun dari masalah juga, kita berkesempatan menggembleng diri menjadi tangguh. Kalau kita bisa mengelola masalah dengan baik, akan melahirkan sikap berserah pada Sang Pencipta, membuat diri lebih arif memandang hidup.
Namun manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, keberadaannya membutuhkan orang, untuk berkumpul, berkomunitas, berinteraksi dan berbagi. Berbagi bisa dalam banyak hal, misalnya berbagai harta kepada yang membutuhkan, berbagi ilmu, berbagi kisah yang dialami atau curhat.
Selain kepada Tuhan, curhat dilakukan kepada orang dipercaya, yang dianggap mampu memberi jalan keluar. Sehingga beban pikiran lebih enteng. Orang yang bisa melepaskan masalah, pikiran menjadi lebih tentram, bersemangat saat beraktifitas dan lebih leluasa dalam berkarya.
Namun kalau salah memilih teman tempat curhat, bisa-bisa  berakibat fatal, berpengaruh pada nama baik dan persepsi orang lain. Sifat manusia sangat mudah berubah, hubungan pertemanan bisa saja cepat berakhir, sahabat karib bisa berubah menjadi musuh.
Bahaya curhatan bisa saja muncul, apabila orang yang kita percaya (sebagai tempat curhat), membocorkan rahasia (curhatan) pada pihak lain. Alih alih menyelesaikan masalah, justru berpotensi menambah masalah baru, membuat malu diri sendiri karena aib tersebar. Untuk menghindari akibat tidak diinginkan, sebaiknya curhat pada orang yang tepat, yang bisa dijamin akan menjaga rahasia.
Mencari Tempat Curhat yang Tepat
Susah susah gampang untuk mencari tempat curhat yang tepat, apalagi kalau masih sendiri (bujang) dan berada di tanah rantau. Pengalaman saya, di perantauan kita bertemu teman senasib, secara alami akan dekat dengan sendirinya. Tapi jangan langsung percaya begitu saja, curhat pada teman baru kenal.
Kalau saya dulu punya strategi mengatasi kesepian, dengan telepon orang tua (biasanya ibu) di kampung secara berkala. Sedang ada masalah ataupun tidak, saya memiliki jadwal  untuk berkomunikasi seminggu sekali atau dua kali. Bisa bercerita apapun dialami, setidaknya punya tempat berbagi kisah.
Orang tua adalah orang paling tulus, dengan rela menyediakan diri menjadi pendengar yang baik, bahkan saat anaknya cerita hal remeh dan kurang penting sekalipun. Orang tua akan merasa lebih bahagia kalau anaknya bahagia, hatinya merasakan kedukaan yang sangat ketika buah hatinya bersedih.
Selain kepada orang tua, kita bisa curhat ke saudara kandung atau saudara sepupu atau ipar, atau bisa juga ke teman yang dipercaya. Menurut saya, baik curhat ke saudara (kandung, sepupu, ipar) ataupun curhat ke teman, sebaiknya tidak semua masalah diceritakan secara detil.
Meskipun saudara, kadang-kadang ada yang kurang bisa dipercaya, apalagi teman (seakrab apapun) tetetaplah orang lain. Sebaiknya jangan terlalu terbuka bercerita, untuk sekedar berjaga-jaga kalau suatu saat sikap saudara atau teman berubah .
-O0O-
Sebagai muslim, saya mengimani apa yang tersurat dalam kitab Quran (7;26), "Suami istri adalah pakaian bagi pasangannya. Dengan demikian suami istri adalah penutup bagi pasangannya."
Dalam kondisi ideal, tidak akan ada suami yang tega mengumbar dan menyebarkan aib istrinya (demikian pula berlaku sebaliknya). Suami dan istri bagaikan satu kesatuan, suami istri memiliki kesamaan tujuan dalam menggapai cita-cita demi kebaikan bersama.
Sebaiknya pria yang sudah beristri, tidak curhat (apalagi akrab) kepada teman perempuan, untuk alasan apapun (berlaku juga sebaliknya, yaitu istri tidak akran dengan teman pria). Pintu fitnah bisa terbuka kapan saja, apabila seorang suami (atau istri) berani mencoba-coba untuk bermain api.
Maka, bagi anda yang sudah menikah, tentu tidak ada tempat curhat yang paling aman, kecuali pulang ke rumah dan bercerita kepada belahan jiwa. Curhat suami kepada istri dan sebaliknya, memiliki dampak baik, yaitu menanamkan rasa saling percaya untuk memperkokoh pondasi rumah tangga.
Ikatan suami istri yang kuat, membuat keluarga kuat, anak-anak yang akan merasakan dampak positifnya. Buah hati yang menyaksikan orang tuanya rukun, secara otomatis akan punya teladan, ketika kelak mereka dewasa dan membangun rumah tangga.
Semoga Bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H