Dulu saya punya teman kantor, saat itu masih tinggal di rumah mertua. Teman ini sampai kantor paling awal, pulang kantor paling lambat. Kalau hari sabtu dan minggu datang, kerap mencari-cari kegiatan di luar rumah -- rupanya teman ini sungkan kalau sering tinggal di rumah.
Seenak apapun tinggal di rumah  mertua, saya yakin tetap ada dilema. Hasil dari beberapa obrolan (tepatnya curcol) dengan sahabat, teman, kenalan, kerabat, menantu tetangga saat masih kost dulu, beberapa dilema saya coba simpulkan.
(sekali lagi, dilema terjadi biasanya pada pasangan yang memiliki banyak saudara)
Potensi Konflik Anak dengan Orang Tua
Seorang anak yang mengajak pasangan (atau pasangannya justru yang kepengin) tinggal di rumah orang tua, akan mempunyai tugas tambahan. Yaitu menjadi penghubung komunikasi, antara pasangan dengan orang tua, karena dua pihak pada awal tinggal (biasanya) segan untuk bicara secara langsung -- karena menjaga perasaan.
Sangat mungkin terjadi, ada orang tua yang tidak cocok dengan kebiasaan menantunya, otomatis berimbas pada hubungan dengan anak sendiri. Anak dan orang tua berpotensi terlibat perang dingin, si anak kebingungan antara membela pasangan atau membela orang tua.
Apalagi kalau sebelum menikah, anak tidak terlalu perhatian kepada orang tua (dengan alasan sibuk bekerja dan sebagainya), keadaan semakin menuntut pintar mengelola emosi.
Konflik Menantu dengan Mertua.
Masalah kedua ini, erat kaitannya dengan masalah pertama atau point di atas. Sangat jamak terjadi, perbedaan pandangan antara menantu (biasanya menantu perempuan) dan mertua (tepatnya ibu mertua).
Apabila anak menantu tidak setuju pendapat mertua, tidak serta merta membantah, karena posisinya serba salah untuk membela diri, mengingat posisinya di rumah tersebut tidak kuat.