Misalnya sebuah keluarga ingin berlibur, setelah kenaikan sekolah anak, maka sebaiknya direncanakan (misal) setahun atau beberapa sebelumnya. Pun merencanakan pendidikan anak, bisa dimulai saat anak masih kecil, atau kalau sudah (misal) satu SD, bisa merencanakan dana saat SMP, SMA dan atau masuk perguruan tinggi.
Pengin membeli rumah saat baru menikah, pengin naik haji bersama orang tua, pengin membangun rumah dan seterusnya, semua bisa direncanakan jauh hari, dan tidak kalah penting musti disiplin.
Liwigna membagi perencanaan keuangan dalam tiga tahapan, yaitu jangka pendek (maksimal sampai 5 tahun), jangka menengah (5 -- 10 tahun) dan jangka panjang (di atas 10 tahun). Pemilihan tahapan didasarkan pada prioritas hidup, akan menetukan bentuk investasi yang akan diambil.
Menurut teori keuangan yang dikembangkan (Liwigna menekankan, namanya teori bisa berkembang, diterapkan monggo tidak juga tidak apa), semakin pendek masa perencanaan, sebaiknya dipilih yang pasti-pasti saja.
Misalnya kalau tabungan di Bank yang mesin ATM -nya jarang, atau simpan uang melalui rekening tabungan anak, atau minta tolong istri menyimpan di tempat yang suami tidak ketahui dan lain sebagainya.
Pada perencanaan keuangan jangka menengah, misal pendidikan anak saat masuk SMP (si anak masih kelas TK), investasi bisa diwujudkan dalam bentuk emas, logam mulia atau reksadana pendapatan tetap atau campuran konservatif (80% isinya sudah jadi).
Sementara untuk jangka panjang, bisa memakai reksadana campuran moderat, untuk investasi 15 tahun ke atas bisa memakai saham (penjelasan soal reksadana dan saham terlalu teknis, dan silakan anda pelajari lebih detil melalui orang yang ahli)
"Semakin panjang jangka waktu semakin beresiko bisa diambil, maka toreransi resiko bisa bergeser," jelas Liwigna.
Konsep perencanaan keuangan, bukan berpatokan pada return (berapa uang yang kembali), tetapi bagaimana uang tersebut bisa mengantarkan orang tersebut sampai tujuan yang direncanakan di awal.
So, perencanaan keuangan itu simpel kan?Â