Apa yang terbersit di benak, ketika Kompasianer mendengar kata "investasi." Kalau saya nih, terbayang hal yang susah, ribet, serius membuat kening berkerut dan pastinya mahal.
Mungkin, Kompasianer punya asumsi serupa dengan saya, menangkap kesan tidak fun dengan kegiatan yang bernama investasi.
Pepatah 'ala bisa karena biasa' memang ada benarnya, karena rasa tidak tertarik menggeluti dunia financial, maka yang ada dipikian adalah yang tidak enaknya saja.
Ketika menghadiri event bertema financial, dengan narasumber Liwigna Hananto, seorang Financial Trainer and Founder  QM Fnancial. Saya mendapat insight, bahwa sesungguhnya perencanaan keuangan simpel, seperti halnya kegiatan keseharian.
Perencanaan keuangan, bisa menjadi cara untuk (sekaligus) melatih mengelola ego, kemudian belajar memenangkan pertarungan di dalam diri sendiri.
Perencanaan keuangan lebih dari sekedar merencanakan keuangan, tetapi ada goal lebih besar, yaitu menyusun tujuan hidup ke depan. Lebih lanjut, proses financial planing membutuhkan goal seeting, karena perencanaan harus membantu mencapai yang hendak dituju.
Misalnya kita mau travelling dengan dana lima juta, maka setelah lima juta selesai, jangan gara-gara melihat tas atau sepatu bagus berubah pendirian "bisa nggak, travellingnya tiga juta saja" (pada titik ini latihan menekan ego terjadi)
Contoh paling sederhana, adalah seorang nelayan memiliki time horizon harian. Sebelum subuh berangkat melaut, seharian di tengah lautan dan pulang membawa hasil tangkapan. Keesokan hari ikan dijual, uang didapat sebagian untuk memenuhi kebutuhan hari itu, selanjutnya esok hari memulai dengan rutinitas sama.
Seorang petani memiliki time horizon permasa panen (rata-rata 4 bulan), dia akan memikirkan bagaimana (sebagian) uang dikelola untuk melewati bulan ke bulan hingga masa panen tiba. Semua daya upaya dikerahkan, demi menghasilkan panen terbaik untuk menunjang peningkatan kualitas hidup.Â
Time horizon seorang ibu rumah tangga, karyawan, freelancer, wiraswasta, pelaku UMKM, pebisnis besar, dan profesi lainnya akan berbeda. Selain time horizon, ada perencanaan tujuan hidup berdasarkan fase, hal ini terkait dengan target yang ingin dicapai seseorang di masa mendatang.