Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadilah Orang Tua Tangguh, Agar Anakmu Juga Tangguh!

21 Oktober 2018   13:03 Diperbarui: 21 Oktober 2018   21:10 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persis seperti orang sedang jatuh cinta, raut wajah orang yang dicinta nguntit kemanapun sang pecinta pergi.

Namun disitulah seninya hidup ini, dan mendoakan adalah senjata pamungkas andalan saya dan istri. Sembari menata hati dan pikiran, akhirnya setahap demi setahap kami bisa mendamaikan diri sendiri.

Bahwa ketidakenakan itu sangat penting dan dibutuhkan dalam hidup, agar kita tidak manja dan demi kekokohan mental si orang tersebut. 

Ibarat hendak mencapai sungai dengan pancuran jernih, dibutuhkan tenaga lebih dan nyali besar, untuk berjalan tertatih mencapainya. Menuju gemercik air pancuran, biasanya musti melintasi jalan setapak dan melampaui pematang. Telapak kaki siap tertusuk duri, tangan dan betis siap terbaret atau digigit binatang.

Pada ujung perjalanan, segala bentuk perjuangan terbayarkan, dengan menikmati sumber air menyegarkan pikiran dan menghalau kelelahan.

Orang Tua Tangguh untuk Anak Tangguh

Tanpa terasa tiga bulan berlalu -- ditandai dengan digelar UTS -- , anak menempuh jalan jauh dari kami orang tuanya. Secara berkala kami menyambangi, mengobati rasa kangen dan memupuk rasa cinta anak dan orang tua.  Kami berbagi cerita, ngobrol panjang lebar tentang banyak hal, mulai dari hal penting sampai yang remeh temeh.

Dulu, waktu anak baru sebulan mondok, sudah ada satu anak yang mengundurkan diri. Baru saja terbetik kabar, setelah selesai satu semester ada anak bersiap mengundurkan diri. Dari obrolan dengan satu orang tua, ada yang hanya ingin menuntaskan sampai kelas tiga, dan pindah ke sekolah umum.

setelah UTS - dari WAG wali santri
setelah UTS - dari WAG wali santri
Saya tidak bermaksud memberi penilaian---karena saya tidak punya kapasitas-- bahwa keputusan itu salah dan tidak benar.  Setiap orang punya alasan sendiri, antara meneruskan perjalanan atau banting stir berpindah haluan. Semua syah-syah saja, karena setiap orang punya prioritas dalam hidup.

Melepas anak -- apalagi usia belasan---, sejauh saya rasakan memang dibutuhkan ketangguhan -- terutama--- dari orang tuanya. Orang tua memegang peranan, musti siap beberapa hal seperti mental dan yang pasti materi --  semoga suatu saat saya bisa menuliskan hal ini. 

Bermula dari sikap tangguh orang tua itulah, yang akan --- secara perlahan disadari atau tidak ---menular pada sikap tangguh anaknya. 

Coba bayangkan saja, kalau orang tua menyambangi anak di Pondok, kemudian si anak berkeluh kesah tentang keadaan keseharian -- memang kadang membuat sedih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun