Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Pentingnya Niat Awal dan Pengaruhnya pada Diet

22 September 2018   08:58 Diperbarui: 24 September 2018   05:24 1851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
after and before diet - dokumentasi pribadi

Saya punya chanel youtube favorit, selalu saya nanti upload-an video terbarunya. Jujur saja saya merasakan perubahan -- terkait masalah berat badan---, karena termotivasi setelah mengikuti konten video di chanel ini.

Si pemilik akun adalah Desak Made Dewi Hughes (dikenal dengan panggilan Hughes), presenter ternama yang dulunya bertubuh tambun, kini bertransformasi menjadi  lebih langsing dan sehat.

Perjalanan menjalani diet --yang saya rasakan-- , layaknya seperti menempuh proses kehidupan lainnya. Seperti bekerja, berumah tangga, sekolah dan kegiatan lainnya.  Mengalami pasang surut, ada saat malas dan saat giatnya, ada situasi pengin iseng dan nakal (nekad konsumsi makanan pantangan).

Semua kondisi itu sebenarnya wajar terjadi, namanya juga psikologi manusia pasti tidak bisa flat terus menerus. Namun lebih penting dari sekedar naik turun, adalah bagaimana agar sikap 'nakal' saat diet tidak berkelanjutan.

Repot kan, kalau nakalnya diterus-teruskan, artinya sudah menetapkan diri untuk meninggalkan diet. Dengan sadar merelakan diri, kembali kepada kondisi dan keadaan tubuh saat sebelum diet.

Tidak peduli tubuh balik gemuk, jarum timbangan tidak sedap dipandang. Akibatnya -- pengalaman saya dulu--- kembali punya jadwal rutin kerokan, tubuh mudah lelah dan nafas ngos-ngosan kalau dipakai jalan atau lari dan lain sebagainya.

Sayangkan banget kan, waktu yang dilalui untuk diet, ternyata diakhiri karena hilangnya motivasi dan putus asa. Tapi semua keputusan, kembali pada masing-masing orang, akibatnya juga dirasakan orang bersangkutan.

***

foto koleksi pribadi
foto koleksi pribadi
Semalam saya mendapat notifikasi di email, ada uplod-an video terbaru dari chanel favorit. Saat membuka link di email, saya mendapati topik bahasan yang cukup menggelitik, adalah analogi niat diet dan kenapa akhirnya bisa gagal.

Begini saya kisahkan ulang versi saya:

Anggap saja ada dua rumah ( Rumah A dan Rumah B) bersebelahan, keduanya akan kedatangan tamu istimewa pada waktu yang berdekatan. Kedua pemilik rumah exited, persiapan dilakukan masing masing sesuai apa yang ada di benak pemilik rumah.

Pemilik Rumah A mempersiapkan diri dengan maksimal, dinding dicat dengan warna cerah, semua lantai langsung dibersihkan, mengganti korden dengan yang baru, menyemprot pengaharum ruangan dan lain sebagainya.

Sedangkan pemilik rumah B, melakukan persiapan sewajarnya saja. karena  sudah terbiasa bersih-bersih setiap hari. kebiasaan mengganti korden, menyemprot pengharum ruangan, mengganti cat rumah dilakukan secara berkala. Jadi pada saat tamu hendak datang, mana yang belum waktunya diganti ya tidak dilakukan.

Pada hari yang ditunggu-tunggu, akhirnya tamu istimewa datang lebih dulu ke rumah A. Untuk menuju rumah A, --karena posisi rumah -- si tamu musti melewati rumah B.

Pada saat mengobrol di rumah A,  tamu berkomentar memberi kesan tentang si B "Rumah B dari luar tampak bersih dan terawat." Empunya rumah A meski tetap berusaha santun, tapi dalam hati sebenarnya panas dan tidak terima.

Berikutnya si tamu spesial pindah ke rumah B, pada saat ngobrol si tamu menyampaikan kesan tentang rumah A"bahwa ruangannya harum, korden dan lantainya bersih dan seterusnya." Pemilik rumah B  menanggapi komentar tamu dengan wajar, bahkan bisa jadi menambahi dengan hal positif tentang pemilik rumah A.

Berbedanya persepsi A dan B menanggapi komentar tamu, tentu akan memberi dampak berbeda pula. Yang terjadi kemudian, si A sakit hati dan tidak meneruskan merawat rumahnya. Gara-gara komentar tamu spesial, yang memberi kesan baik pada rumah B. Sementara  pada pemilik rumah B, kebiasaan membenahi rumah tidak akan berubah, meskipun mendengar kesan si tamu spesial terhadap rumah A.

Terus bagaimana kaitannya dengan diet ?

Begini, kalau niat diet kita semata-mata terpaku pada penilaian orang. Yaitu ingin dikomentari langsing, agar bisa dilihat teman di instagram cocok dengan aneka busana dan gaya, biar muka tampak tirus saat di kamera. Maka ketika ada komentar yang tidak sesuai keinginan, biasanya akan ngambek, marah, putus asa, bisa-bisa tidak mau meneruskan diet.

Berbeda dengan orang, yang meniatkan diet untuk kenyamanan (baca sehat) dirinya. bahwa kalau badan sehat, maka tidak mudah kelelehan, tidak sering kerokan, bisa tahan lari dan berjalan cepat.  Orang seperti ini, tidak mudah terpengaruh dengan komentar miring dari orang lain.

after and before diet - dokumentasi pribadi
after and before diet - dokumentasi pribadi
Pujian atau kritikan orang lain ditanggapi seperlunya, tidak membuat marah, tersinggung apalagi putus asa. Karena diet sudah menjadi gaya hidup, diniatkan untuk kesehatan sendiri, sedangkan badan langsing dianggap bonus.

O'ya, bagaimana week end  pagi Kompasianers. Apakah sudah olahraga, kemudian konsumsi makanan kaya serat dan memperbanyak minum air putih. Ingat ya (sambil menunjuk diri sendiri), stay focus untuk kesehatan sendiri, langsing itu bonus. -- salam sehat-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun