Â
"Ibuu.., Adik bisa naik sepeda" teriak gadis kecil girang.
Butuh waktu sekitar empat hari, sampai akhirnya gadis kecil itu bisa naik sepeda. Kami latihan sekitar satu jam pada sore hari, di taman depan perumahan. Awalnya telapak kaki kanan bertengger di pedal, sementara kaki kiri menopang di tanah. Satu dua kayuhan, diringi dua roda sedikit berputar.
Sambil sepeda bergerak, kaki kiri perlahan pindah ke atas pedal. Sepeda mendadak oleng, kaki kiripun kembali ke posisi semula. Berulang hal sama dilakukan, bahkan sempat terjatuh. Betis dan dengkul baret-baret, muka si gadis memerah menahan tangis.
"Adik pasti BISA" Saya menyemangati
Kalimat si ayah, seolah mengalirkan energi. Semangat berlatih bangkit, hingga gadis kesayangan bisa mengayuh sepeda.
Setiap kita bergerak otomatis membutuhkan energi, sekaligus menghasilkan energi baru juga. Seperti bumi bergerak membutuhkan energi, sekaligus menghasilkan energi baru. Perputaran bumi mengelilingi matahari, menjadikan pepohonan tumbuh dengan subur, air mengalir, angin berhembus dan kelangsungan kehidupan terjaga.
Energi sebagai sumber kehidupan, Â tugas manusia berperan sebagai pengelola. Apakah menjadi energi baik atau buruk, tergantung manusia itu sendiri menyikapi.
Energi Baik Ada di Sekitar
Saya meyakini, bahwa hukum sebab akibat berlaku di dunia ini. Bahwa orang tidak serta merta beruntung, tanpa sebab kebaikan pernah diperbuat. Orang tidak mendadak malang, tanpa sebab kedholiman (sadar atau tidak) pernah dilakukan.
Bulan Agustus tahun ini, bertepatan dengan hari raya Idul Adha. Saya ingat kisah Mak Yati, pemulung yang tinggal di rumah reyot pinggiran kawasan Tebet.