Komunikasi melalui guru pembimbing
Peraturan di Pondok Pesantren dengan tegas, melarang anak membawa alat komunikasi (handphone). Namun, hal itu tidak berlaku bagi ustad pembimbing. Kebetulan ada group WA Wali Santri, sang admin selalu update kegiatan anak-anak di Pesanten.
Pada mingu pertama, satu persatu kegiatan di-update melalui group WA. Mulai dari kegiatan sebelum subuh, bakda ibadah subuh, olah raga, ngaji, dan lain sebagainya, secara rutin dibagikan wali kelas. Orang tua bisa punya gambaran, tentang kegiatan keseharian anak di Pesantren.
Melihat foto anak di kegiatan tersebut, bisa menjadi penghiburan sekaligus penawar rindu. Menyaksikan anak giat beribadah, membuncahkan haru dan senang yang bercampur baur. Hati ini bergumam, "Semoga ilmunya bermanfaat, amin".
Simpan foto anak di handphone
Namanya perasaan kangen pada anak, pasti tidak bisa ditebak kapan datangnya. Menyimpan foto dan atau video anak di smartphone, menjadi solusi mengatasi rindu anak yang datang tiba-tiba.
Saat berada di perjalanan di Commuter Line, menunggu bus di halte Transjakarta, atau ketika saat senggang, menjadi waktu tepat mengobati rindu.
Setiap kangen itu datang, saatnya rasa sayang pada anak sedang bertumbuh. Maka merindu, adalah saatnya merasakan kenikmatan bertambahnya perasaan menyayangi buah hati.
Kirim doa sesering mungkin
Apa yang bisa menyambungkan perasaan dua orang, kecuali berdoa sepenuh hati. Doa menjadi pelipur, ketika jarak dan ruang membentangkan. Saya masih ingat pesan ustad, pada hari pertama mengantar anak masuk pesantren. Mondok itu kuat-kuatan, anak dan orang tua musti saling menguatkan. Anak mendoakan ayah ibunya, pun orang tua mendoakan anaknya. Terutama pada seratus hari pertama mondok, menjadi masa-masa awal yang butuh effort lebih.
Buat kesepakatan masalah kunjungan
Obatnya rindu adalah ketemu, tapi kalau kerap bertemu justru anak jadi tergantung. Lazimnya pada bulan pertama, frekuensi jenguk anak bisa dua minggu sekali (kalau rumahnya dekat). Bagi anak yang mondok di luar kota, bisa menjenguk sebulan sekali.
Menurut pengalaman ustad, prosesi menjenguk biasanya berkala bertahan di satu tahun pertama. Masuk pada tahun kedua, anak mulai malu, kalau orang tua kerap kali datang. Sebaiknya tetap dibuat kesepakatan masalah menjenguk, sehingga anak dan orang tua tidak saling menunggu.
-00o00-