Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jangan Sia-siakan Malam di Bulan Ramadan

10 Juni 2018   12:13 Diperbarui: 10 Juni 2018   12:14 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malam Ramadan- dokpri

 

Malam pertama Ramadan, saya menandai dengan mulainya diadakan sholat taraweh di masjid dekat rumah. Saya yakin seperti  di masjid manapun, fenomena malam pertama taraweh masjid  selalu dipenuhi oleh jamaah. Warga sekitar masjid berdatangan, sampai-sampai panitia kewalahan untuk menambah shaf. Terpal digelar di pelataran masjid, berlapis sajadah demi menampung antusias para jamaah -- Alhamdulillah.

Senang melihat situasi berlangsung, orang bersemangat berlomba beribadah di masjid. Bulan Ramadan bulan penuh berkah, begitu tampak dinantikan kehadirannya oleh umat. Bulan puasa saat pahala digandakan, ibadah sunah setara ibadah wajib, apalagi yang ibadah wajib.

Dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda " Semua amal Bani Adam akan dilipatgandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, 'kecuali puasa, maka ia untuk-KU dan AKU yang akan memberikan pahala.'

Ibarat kata kalau sholat, ngaji, zakat, umroh dan berhaji, pelakunya bisa swafoto kemudian diupload di medsos -- sangat berpotesi dicampuri unsur riya'. Namun ibadah puasa berbeda, tidak bisa dipamerkan di medsos. Sehingga hanya urusan Allah SWT dan orang yang berpuasa, yang mengetahui rahasia tersebut.

Fenomena malam pertama taraweh masih berlanjut, pada malam kedua Ramadan masjid masih penuh. Suasana beribadah terasa syahdu, ketika mendengan kata 'Amin" secara serempak dari jamaah taraweh. Dalam frekwensi yang sama, seolah kata 'Amin' menggema di sanubari.

Pada sore hari ketiga bulan Ramadan tahun ini, saya mulai ada kegiatan di daerah Cikini. Saya berhitung waktu, bagaimana cara agar tidak ketinggalan taraweh. Beruntung, di Jakarta sangat mudah menemukan masjid. Menuju lokasi acara, saya putuskan naik commuter line dan turun di stastiun Cikini. Kebetulan tidak jauh dari stasiun, -- sekitar duapuluh lima meter -- terdapat masjid yang menyelenggarakan taraweh.

Sepanjang Ramadan, acara blogger turut menyesuaikan. Kerap dimulai antara jam 15 -- 16, berakhir dengan acara berbuka puasa bersama.  Acara benar-benar selesai, sekitar setengah tujuh malam. Sementara adzan Isya lebih kurang jam 19.00, artinya masih ada jeda tigapuluh menit dari lokasi acara menuju masjid.

"Taraweh kan?" tanya saya pada seorang teman.

"Kayanya malam ini aku enggak."

Kerap kita temui di keseharian, orang yang bukber akan bablas sampai malam. Melewatkan sholat taraweh, dengan alasan bisa dikerjakan sendiri di rumah. Kalau memang benar dilakukan di rumah ya syukur, tapi yakin tetap menjaga taraweh---kebanyakan lebih banyak enggaknya.

Malam itu acara inti sekesai setengah tujuh -- sudah termasuk berbuka dan sholat maghrib-, dilanjutkan dengan sesi doorprize dan foto-foto. Kalau saya memakasakan diri menunggu bagi-bagi hadiah, bisa-bisa lewat jam tujuh masih ada di lokasi acara. Saya pamit untuk mengejar taraweh, sampai masjid masih ada waktu untuk sekedar istirahat.

Malam itu di malam ketiga bulan Ramadan, jamaah masjid yang ada di tengah pusat kota Metropolitan hanya empat shaff terisi. Saya yakin, banyak masjid lainnya --mungkin---bernasib sama. Belum genap sepekan puasa berjalan, semangat taraweh berjamaah mulai kendor.

-00o00-

Malam di bulan Ramadan -dokpri
Malam di bulan Ramadan -dokpri
"Ayah malam ini kita taraweh nggak" tanya sulung saya

"Kalau tidak ada udzur yang sangat, kenapa tidak taraweh"

Sungguh, saya pribadi, masih berusaha keras melawan ego diri. Berusaha menjaga malam-malam Ramadan, dengan memperbanyak ibadah sebisanya. Taraweh saya jauh dari sempurna, ngajipun baru sebatas membaca Quran belum paham makna.

Alangkah sia-sia, kalau melewatkan ibadah spesial yang ada hanya di malam Ramadan. Sholat Taraweh, tak akan bisa dijumpai malam di bulan apapun kecuali malam Ramadan. Senyampang masih ada waktu dan nyawa, mengapa musti disia-siakan. Belum cukupkah, sebelas bulan jiwa raga ini bergulat dengan segala urusan dunia.

Malam ke duapuluh lima Ramadan -- saat saya tulis artikel ini--, masjid di dekat rumah mulai sepi. Shaf terpakai hanya seperempatnya, sisanya melompong tiada berpenghuni. Mungkin sudah pindah ke pusat perbelanjaan, atau mungkin masih sibuk dengan acara buka puasa bersamanya.

Yang pasti, apapun kegiatan selain taraweh, menurut hemat saya sungguh disayangkan. Siapa bisa menjamin, bahwa tahun depan dirinya masih diberi umur panjang. Coba saja, kalau kita tahu tahun ini adalah Ramadan terakhir, niscaya tidak mau melewatkan malam-malam penuh berkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun