Ketika masih bujang, saya sempat enggan mudik saat lebaran. Pasalnya -- berdasarkan pengalaman mudik sebelumnya-- tidak siap 'dibully,' terutama oleh orang disekitar yang dikenal, dengan pertanyaan salah satunya "Mana Calonnya?" Alasanpun dicari-cari, mulai dari tidak kebagian tiket kereta atau belum dapat cuti dari kantor, atau dapat jadwal piket dan seterusnya. Akhirnya lebaran benar-benar tidak mudik, meskipun kalau mau jujur sangat pengin bisa mudik lebaran, namun kondisi berkata lain.
Kemudian setelah berkeluarga, saya musti berbagi jadwal mudik lebaran. Kalau lebaran tahun ini di rumah ibu mertua, lebaran tahun berikutnya pulang ke rumah di kampung halaman. Tiga tahun terakhir belakangan, dengan berbagai pertimbangan saya rutin mudik ke kampung setiap tahun. Ibu yang sudah sepuh dan kangen ketemu cucu, sementara dengan ibu mertua -- karena rumah dekat---bisa ketemu sewaktu-waktu.
Mudik menjadi puncak kegiatan, setelah satu bulan menjalankan ibadah puasa. Kembali dan bertemu dengan orang tua dan keluarga inti, menguatkan ikatan batin dan hubungan persaudaraan agar tidak memudar. Mudik juga menjadi sarana, bersua dengan teman lama, berkangen-kangenan dengan masa lalu. Mudik merekatkan kembali dengan muasal, seperti pepatah 'Setinggi-tingginya bangau terbang akan kembali ke pelimbah.'
Namun keadaan tidak selalu ideal, ada saja alasan membuat orang tidak bisa mudik -- dua contoh alasan seperti di atas. Saya juga punya tetangga --kakak kelas- di kampung, merantau di luar jawa dan sangat jarang pulang. Seingat saya ketika ayahnya meninggal, -- karena kendala alat transportasi atau alasan lain yang saya kurang tau---si anak tidak sempat pulang. Saya yakin, kakak kelas yang tetangga saya pasti pengin pulang, tapi karena kondisi tertentu akhirnya tidak bisa pulang kampung.
Lebaran di Jakarta yang sepi, sebenarnya banyak hal tetap bisa dilakukan. Saya pernah merasakan, bagaimana melenggang di jalanan protokol ibukota tanpa tersendat kemacetan. Saya seperti berada di dunia lain di luar khayalan, menempuh lalu lintas yang biasa padat mendadak menjadi sangat lengang. Berikut, beberapa hal saya lakukan, ketika lebaran tidak mudik,
Keliling Jakarta dengan Transportasi Publik
Pasti tidak asing dong, dengan transportasi publik sekali bayar bisa keliling Jakarta. Anda bisa manfaatkan bus TransJakarta atau Commuter Line, untuk berkeliling Jakarta secara murah meriah. TransJakarta sudah tersedia banyak koridor, pada halte tertentu bisa pindah koridor. Pun dengan Commuter line, anda bisa berkeliling sampai Jabodetabek. Asal tidak sampai keluar stasiun saja, anda dikenakan tarif minimal.
Dengan naik transortasi publik ini, anda bisa mengunjungi tempat wisata seperti Kebun Binatang Ragunan, Taman Mini Indonesia Indah, Ancol, Kota Tua dan lain sebagainya.
Selain dua alat transportasi tersebut -- point di atas-, Jakarta punya bus wisata bernama "City Bus" atau Jakarta Explorer. Bus wisata melayani beberpa rute wisata, untuk naik tidak dipungut biaya. Masyarakat bisa memanfaatkan City Bus, untuk berwisata menikmati Jakarta. Suasana Lalu lintas Jakarta yang sepi , pasti asyik kalau dipakai untuk menikmati pemadangan ibukota.
Kalau bosan keliling saja, bisa mampir ke beberapa lokasi wisata yang murah meriah, yang dilalui City Bus. Seperti Monas, Museum, Jakarta Kota, masjid Istiqlal dan banyak lokasi wisata menarik lainnya.
Pernah waktu saya tidak mudik, bergabung dengan sebuah group fotografi yang menggelar acara "Jakarta Sepi." Peserta tinggal daftar secara gratis, datang di lookasi yang ditentukan untuk daftar ulang-- waktu itu dapat kaos dan senack---. Acara ini cukup menarik, karena diadakan juga medsos competition melalui Instagram. Datang di acara komunitas fotografi, bisa menjadi pengobat sepi dan sedih karena tidak mudik. Selain itu, bisa menambah jaringan pertemanan.
Kalau hari kerja atau hari libur di luar lebaran, biasanya enggan untuk sekedar main atau janjian dengan teman atau kenalan lama. Alasan paling jamak adalah kemacetan, selain itu kesibukan sekolah, kerja atau alasan lainnya. Libur lebaran, bisa menjadi waktu tepat, untuk membuat janjian dan mengunjungi teman lama. Selain bisa berkangen-kangenan, bisa sekaligus menyambung tali silaturahmi.
Datang ke Open Hause Pejabat
Nah point ini cukup menarik, beberapa pejabat membuka open house saat lebaran. Saya pernah ikut open house di Istana Negara, tapi ditolak karena tidak memenuhi syarat untuk masuk istana -- saya tidak pakai sepatu tertutup. Bagai kalian yang pengin ikut open house ketemu Presiden, pastikan syarat-syarat dipenuhi seperti memakai sepatu tertutup, memakai batik panjang lengan panjang dan celana bahan.
-00o00-
Ternyata banyak kegiatan dilakukan, saat mengisi waktu libur lebaran di Jakarta. Bisa mengajak keluarga atau teman, puas keliling Jakarta tanpa terkena kemacetan. Anda akan mendapati suasana Jakarta yang lain dari yang lain, lalu lintas lengang, udara bersih dan lepas dari hiruk pikuk seperti hari biasa.Â
Selamat berlebaran di Ibukota, mohon maaf lahir dan batin - Agung Han
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H