Â
Saya termasuk telat berlatih puasa, dibandingkan dua anak saya saat ini. Anak anak --alhamdulillah---sudah berlatih puasa sehari penuh, dari belum genap umur tujuh tahun. Hari pertama anak-anak puasa seharian, sempat membuat perasaan saya was-was. Setelah berhasil melewati, puasa di hari kedua dan berikutnya saya cukup tenang.
Sementara saya ayahnya, masuk umur sembilan tahunan baru latihan puasa sehari penuh. Sebelum umur sembilan tahun, sengaja berniat untuk puasa setengah hari. Meski puasa belum genap sehari, rasanya lama sekali waktu berjalan.
Saya masih ingat, bagaimana polah tingkah menahan haus dan lapar kala itu. Saat matahari ada ditengah --tengah, rasa lapar dan haus seperti sedang ada di puncak. Tubuh kecil ini melepas kaos, tiduran dalam posisi tengkurep di atas ubin. Rasa dingin dialirkan tanah --terhalang ubin--, menjadi hiburan ketika perut sedang benar-benar lapar.
Sementara sekolah sedang libur --selama puasa--, saya memanfaatkan waktu dengan teman sepermainan. Mendirikan tenda di kebun, demi mengalihkan perhatian dari mengingat-ingat berjalannya waktu. Tiduran saja di dalam tenda, sampai waktu ashar tiba untuk kemudian pulang.
Bunyi bedug disusul kumandang adzan maghrib, adalah waktu yang sangat kami nantikan dibanding apapun juga di dunia. Saya memanfaatkan waktu berbuka, sebagai ajang balas dendam dengan waktu siang hari. Â Segala macam makanan masuk lambung, rasanya satu jenis makanan tidaklah cukup. Alhasil perut menjadi bega, tak ada ruang di dalam perut untuk tempat udara. Â Taraweh jadi malas, karena badan terasa berat diajak berjalan.
Apakah puasa sehari penuh pertama saya berhasil ? OO, tentu tidak , hehehe. Banyak hari bolongnya dibanding lulus, baik yang diketahui orang tua atau yang masih ngumpet-ngumpet. Mengingat kejadian puasa semasa kecil, menerbitkan senyum di sudut bibir ini.
Berikut daftar kenakalan khas anak-anak, yang pernah saya lakukan. Siapa tahu, mungkin anda pernah melakukan hal serupa.
Berendam di SungaiÂ
Semasa kecil hidup di kampung halaman, di desa saya terdapat sungai dengan air jernih yang mengalir. Â Aliran air dari pegunungan, menyebabkan air bisa dijamin kesegarannya. Saking bersihnya air, warga mencuci pakaian dan sayur di pinggir sungai ini.
Kami anak-anak, senang mandi di sungai sambil berendam di sungai ini. Biasanya kami datang secara berkelompok, satu geng terdiri dari lima atau enam anak seumuran. Nah, saat mandi sambil berendam inilah, situasinya tepat untuk kungkum sambil minum---jangan ditiru ya, hehehe. Air gunung yang bersih dan segar, membuat kami tidak punya alasan jijik minum air sungai. Seteguk saja kerongkongan langsung segar, kemudian pulang dan melanjutkan puasa.