"Budi temanmu SD, sekarang anaknya dua, terus kamu kapan?"
Di tengah acara kumpul keluarga besar, Hanafi tidak menanggapi ucapan menohok dari  kakak kandung.Â
-00o00-
Ramadan bulan penuh berkah, saat amal ibadah digandakan, saat doa umat yang sungguh berkesah diijabah. Hanafi berkeyakinan, bulan suci adalah saat tepat mendekatkan diri pada Pemilik Kehidupan. Melangitkan segenap doa pengharapan, menguatkan niat dan kesungguhan.
Masuk hari pertama Ramadan, Hanafi berniat menjaga sholat lima waktu tepat waktu di masjid. Sholat yang fardhu ditambah sholat sunnah, selama Ramadan ditegakkan sholat duha, taraweh, tahajud. Satu hari satu juz menjadi target, agar dalam tigapuluh hari khatam Quran didapatkan.
Benar saja, tekad itu dijaga dengan sungguh-sungguh. Hanafi pulang kantor tepat waktu, agar bisa mengejar taraweh. Sholat subuh berjamaah, menyimak kuliah subuh juga tidak ditinggalkan. Doa demi doa tak putus dipanjatkan, demi menjemput secercah sinar harapan.
Sementara Ramadan sudah dipertengahan, tanda-tanda hendak pulang kampung masih belum jelas. Meski koper sudah disiapkan, baju baju sudah siap dikemas hatinya masih setengah bimbang. Â Namun Hanafi punya jawaban, agar orang tuanya senang dan dirinya tak terlampau sedih.
"Piye Han, sido Mudik?"
"Hanafi tetap mudik, tapi seminggu setelah lebaran ya buk,"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H