Meski pasar dadakan ngabuburit berlangsung sekitar dua jam, transaksi yang terjadi cukup lumayan. Mungkin tak sepadan dengan jualan di pasar permanen, tapi bisa menambah pundi pundi pemasukan.
Apalagi kalau stand ngabuburit gratis, selama ada dagangan bisa dijual, tidak ada salahnya mencoba berjualan -- namanya juga usaha. Menunggu pembeli, memang butuh kesabaran, tapi daripada di rumah saja kan tidak dapat pemasukan.
Pasar dadakan ngabuburit, hanya buka sampai jelang adzan maghrib tiba. Setelah panggilan sholat berkumandang, otomatis pembeli sepi -- karena berbuka di rumah masing-masing --, penjual juga berkemas pulang. Selesai berjualan di moment ngabuburit, kita bisa berbuka di rumah, menunaikan taraweh dan atau tadarus selama bulan Ramadan.
Menyimak kultum ba'da taraweh, penceramah menyebutkan bahwa Ramadan adalah bulan ngalap berkah. Pahala berlipat bagi yang berpuasa, amalan sunah sepadan dengan amalan wajib, sementara ibadah wajib mendapat perhitungan lebih.
Berkah itu bukan hanya pahala, tapi kesempatan mengais pendapatan terbuka lebar. Perhatikan, saat Ramadan tiba, di mini market atau supermarket menambah stock syirup, kue kaleng, kurma, Â aneka snack dan lain sebagainya. Artinya permintaan konsumen meningkat, penanda berkah di penjual juga bertambah.Â
Sementara penjual di pasar dadakan, tak mau kalah berkesempatan ngalap berkah. Penjual kolak, es buah, bubur sumsum, gorengan, rujak, kue pancong dan sebagainya pulang dengan tentengan ringan -- karena dagangan ludes. Coba sesekali Kompasianer jualan di Pasar dadakan ngabuburit, keseruannya akan sulit dilupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H