Jawabnya sederhana, karena kita, para orang tua menilai sesuatu, selalu menggunakan sudut pandang sendiri.
Kita merasa, seolah-olah, pendapat kita para orang tua yang paling benar. Atau zaman yang memproduksi para orang tua sekarang, lebih dan lebih dibanding zaman sekarang.
Ayah dan bunda. Selama bumi ini masih berputar pada porosnya, maka perubahan akan menjadi sebuah keniscayaan.
Meskipun kita mengklaim, zaman dulu paling ini dan paling itu sekalipun, nyatanya zaman itu sudah berlalu dan selesai. Seindah apapun zaman dulu, toh kita tidak bisa memutar balik waktu, untuk kembali ke masa lalu.
Kita hidup di masa kini, tentu dengan tantangan zaman yang jauh berbeda. Tidak ada guna, mengutuk keadaan, karena kutukan itu tidak akan merubah apa-apa.
So, kita yang musti menyesuaikan perkembangan. Kita, para ayah dan bunda, yang musti meng-upgrade diri sendiri.
Jangan membiarkan, diri ini tertinggal pada masa lalu. sesekali bernostalgia tidak masalah, tapi kalau terbawa terus masa lalu, tidak terlalu banyak guna.
Anak dan gadget
Era millenial, diiringi dengan dahsyatnya perkembangan digital. Semua sektor, kini sudah berbasis teknologi dan digital.
Zaman dulu, (mungkin) sama sekali tidak kepikiran. Bahwa beli makanan, bisa melalui smartphone dan diantar sampai depan rumah pula.
Belum lagi kemudahan lainnya, seperti pesan ojek, belanja baju, belanja peralatan dapur, belanja kebutuhan rumah tangga, sampai urusan perbankan. Semua bisa terselesaikan, cukup dengan ujung jari, tanpa beranjak dari tempat duduk.