Komisi penjualan iklan tak dihamburkan hamburkan, serupiah dua rupiah tidak diotak atik agar terkumpul. Ketika di rekening tersimpan (misalnya) lima belas juta juta, maka sepuluh juta langsung disimpan dalam bentuk deposito.Â
Deposito sengaja saya pilih, agar tidak bisa mengambil uang sesuka hati sebelum jatuh tempo. Ada konsekuensi ditanggung pemilik uang, apabila mencairkan sebelum tanggal disepakati.
Sebagai bujangan cukup umur dan belum punya calon, saya sudah menyimpan beberapa lembar deposito dengan nilai berbeda. Saya memaksa diri disiplin menyimpan uang, demi tercapainya prioritas hidup.
"Saya pengin beli rumah secara cash" bisik benak ini.
Saya ingat pesan motivator, harapan yang disebutkan berulang akan tertanam di alam bawah sadar. Â Harapan yang sering diucapkan dalam hati, akan memompa semangat untuk meraihnya. Ada tehnik yang dinamakan afirmasi, adalah menggambarkan pengharapan secara lebih terstruktur, detil, tegas didasarkan pada pemikiran positif.
Maka saya membayangkan rumah yang ingin dibeli, mulai dari luas tanah, bentuk dan warna pintu gerbang, bagaimana terasnya, garasi, jendela, pintu, ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar tidur dan kamar mandi dan seterusnya.
Jelang usia kepala tiga, bertemu jodoh dan menikah secara sederhana namun berjalan lancar. Komplit enam bersaudara laki-laki  berkumpul, ayah dan lima kakak memakai beskap, sementara penampilan ibu membuat sanak kerabat termasuk saya anaknya pangling.
Seumur umur baru sekali melihat ibu dimake-up, polesan bedak dan lipstik lipis mampu menyulap wajah sederhana itu.
Seperangkat alat sholat dan cincin pernikahan dibayar tunai, dipersiapkan tanpa mencairkan deposito.
Setahun pernikahan buah hati kami lahir, kami masih tinggal di rumah kontakkan. Meski tabungan belum cukup, kami mulai giat mencari rumah dengan harga terjangkau. Hanya dengan bekal googling, mendatangi satu persatu rumah daerah Tangsel yang diiklankan.