Teman satu ini punya kebiasaan mirip ibu saya, berhutang untuk memenuhi kewajiban bayar ini dan itu. Satu hal yang sering diucapkan, buat bayar cicilan motor yang masih duapuluh empat bulan lunas.
Menabung menjadi solusi sekaligus Pilihan Jenius, untung sudah saya terapkan dari awal punya gaji. Dari menabung saya bisa membiayai kuliah sendiri, sampai lulus dan mengenakan baju toga pada hari wisuda.
-Bola mata ibu berkaca-kaca, melihat anaknya mengenakan baju warna hitam seperti jaksa saat memimpin sidang-
Dari siaran di Radio mulai banyak kenalan di media, selepas lulus kuliah bergabung sebagai marketing iklan sebuah koran ternama di Surabaya. Pagi hari ngantor di surat kabar, sore hari siaran mulai hari senin sampai sabtu.
Alhamdulillah, target penjualan iklan tercapai pada tiga bulan pertama. Komisi  langsung ditabung, ada prioritas yang ingin dicapai saat itu. Setahun dua tahun berjalan, akhirnya roda dua adalah barang mahal pertama berhasil dibeli sendiri.
"Cicilan bulanan berapa" suara ibu terdengar dari ujung telepon
"Saya beli tunai, buk"
Intonasi suara perempuan sepuh berubah riang, anaknya memenuhi kebutuhan tanpa berhutang seperti dirinya.
Cita-Cita Membeli Rumah dengan Tunai
Usia merambat menuju tahun ke duapuluh lima, saya mulai berpikir menabung untuk kehidupan pasca menikah -- padahal belum ada calon.
Yup, saya pengin bisa membeli rumah seperti saat membeli motor. Kisah teman kantor lama tentang keluarga, membulatkan tekad mengumpulkan uang semampu saya.