Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Konsumsi Real Food Lebih Menguntungkan

11 Juli 2017   04:38 Diperbarui: 11 Juli 2017   08:29 10041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sekitar satu tahun berjalan, saya tersadar dengan kesalahan telah diperbuat pada diri sendiri. Dua belas bulan yang lalu, bobot tubuh ini hampir mencapai satu kwintal. Anda bisa bayangkan sendiri, bagaimana beratnya membawa beban tubuh ini kemana mana.

Kalau dipakai jalan cepat apalagi lari beberapa kilometer saja, nafas ini ngos-ngosan dan gampang banget capek. Saya punya kebiasaan kerokan seminggu atau dua minggu sekali, karena masuk angin akibat kelelahan beraktivitas.

Saya pernah mengalami hal lucu namun menjengkelkan, ketika mengurus perpanjangan pajak kendaraan bermotor.  Siang itu di dekat loket pengambilan formulir pendaftaran, banyak di antara pembayar pajak tidak membawa pulpen sendiri.

"Pulpen di bawa bapak kaos merah yang badannya gendut"

Suara petugas loket jelas tertangkap di telinga, orang yang dimaksud itu adalah saya yang sedang mengisi formulir di meja tak jauh dari loket. Saya berada di antara geli dan jengkel, mengingat predikat gendut bukan hal membanggakan kala itu.

Titik balik berawal ketika melakukan medical chek up, dokter menerangkan berbagai indikasi penyakit sedang ada di badan. Hypertensi, kolesterol, pelemakan hati, ternyata sedang mendekat kepada diri saya.

Penjelasan dokter benar-benar menghunjam ulu hati, terngiang ngiang terus di benak dan sangat sulit dilupakan. Apalagi saya pernah punya pengalaman tak mengenakkan, suatu malam tiba tiba tidak bisa bangkit dari ranjang.

Separuh tubuh seperti kesemutan, terasa sakit kalau digerakkan apalagi membalikkan badan. Namun saya tetap bersikeras, terus menggerak- gerakkan anggota badan ini. Yang terlintas di kepala, adalah bagaimana agar darah bisa terus mengalir. Bayangan ini dipenuhi nama-nama penyakit, langsung bibir tak henti melafalkan dzikir dan doa demi kesehatan sendiri.

Beruntung  upaya saya bergerak membuahkan hasil, setelah mondar mandir akhirnya bisa pulih. Peristiwa pilu ini membekaskan tekad kuat,  bahwa semua harus segera berubah dan dimulai dari sekarang.

Betapa banyak yang harus diganti, terutama pola makan dan gaya hidup serta mindset. Semua saya lakukan dengan penuh kesadaran, bahwa kesehatan adalah hal utama untuk memperlancar semua kegiatan.

Saya memaksakan diri untuk diet, dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayuran tak lupa perbanyak minum air putih. Olah raga juga tidak boleh dikesampingkan, saya memilih jalan kaki cepat kadang kadang joging.

-o0o-

Untuk sebuah acara pada awal bulan Juli'17, pukul 22.00 Wib saya baru bisa keluar dari Gandaria City Jakarta Selatan. Dengan bergegas menuju stasiun Kebayoran Lama, keringat keluar badan terasa lebih segar.

Ketika langkah belum mencapai pintu masuk Stasiun, terdengar pengumuman kereta arah serpong berangkat dari stasiun Palmerah. Sontak saya berlari lebih cepat, agar tidak keduluan dengan datangnya kereta saat sampai di peron satu.

Dua kaki gesit bekerjasama, meniti  satu persatu anak tangga setinggi sekitar sepuluh meter. Masih dengan cekatan pula berlari menuju pintu tap kartu electronik, sehingga bisa masuk dan masih harus lari menuruni anak tangga menuju peron kereta arah serpong berhenti.

Meski ngos-ngosan, tapi nafas ini terasa tidak sependek sebelumnya (satu tahun yang lalu). Sekitar enam bulan saya pilih naik Transportasi publik, jalan kaki cepat sebagai cara efektif untuk membakar kalori.

Setelah  pola makan dan gaya hidup berubah, dampaknya baru dirasakan saat ini (setahun kemudian). Badan terasa lebih enteng dan singset, kaos dan celana yang ketat mulai mengendor. Hampir lima bulan lebih tidak kerokan, badan lebih segar dan nafsu makan bisa dikendalikan.

Buah buahan -dokumentasi pribadi
Buah buahan -dokumentasi pribadi
Konsumsi Real Food adalah kunci Kesehatan.

Mungkin anda mengenal nama Dewi Hughes, menjelang tahun 2000 menjadi presenter papan atas. Tubuhnya yang subur menjadi ciri khas perempuan asal Bali ini, sampai sampai pernah mencetuskan istilah "Big is Beautifull."

Belakangan Hughes aktif dengan vlog, memperkenalkan temuannya berupa hypnotherapy. Saya rajin mengikuti seri demi seri yang ditayangkan, sekarang bobot Dewi Hughes sudah menyusut sampai 75 kg---dari 150 kg keren ya. Rupanya kunci kesuksesan membuang lemak, adalah rajin mengonsumsi real food.

Dewi Hughes -dok Tribunnews
Dewi Hughes -dok Tribunnews
Apa itu Real Food?

Alam menganugerahkan diri untuk kesejahteraan manusia, tugas makhluk mulia ini menyadarkan dirinya sendiri. Tumbuhan, buah buahan, ikan di laut, binatang, bahkan semua yang ada di alam semesta disediakan, demi keberlangsungan hidup manusia.

Real food adalah makanan sesungguhnya, yang tumbuh di tanah, akarnya mendapat pasokan makanan dari dalam bumi, disinari matahari, mendapat siraman air. Pada bahan makanan seperti inilah, seharusnya kita memperbanyak konsumsi.

Setahun terakhir saya banyak konsumsi buah dan sayuran, tidak lupa olah raga dan minum air putih yang banyak. Pada Ramadan yang baru saja berlangsung, konsumsi buah menjadi asupan pada waktu berbuka dan sahur.

Drastis saya kurangi makanan yang digoreng, asupan dengan kandungan glukosa yang tinggi juga dihindari. Mengganti dengan makanan yang diolah dengan cara direbus, sumber karbohidrat diganti dengan karbohidrat kompleks (umbi-umbian)

Sesekali makan gorengan atau gula tidak masalah, asal segera dimbangi buah dan olah raga. Namanya manusia, tak dipungkiri ada keinginan makan ini dan itu. Selama tidak keterusan boleh saja, tapi musti tahu batasan batasannya sendiri.

"Kamu awet muda ya" ujar teman SD saat lebaran lalu.

"O'ya" jawab saya singkat

Upaya keras yang telah dilakukan, ternyata tidak hanya berakibat pada lunturnya lemak saja. Sirkulasi darah berubah menjadi lancar, menyebabkan kulit lebih cerah dan kencang serta rambut tebal.

Bagi Kompasianer's yang berniat diet, mulai dari sekarang tanpa alasan apapun. Segera rubah mindset, bahwa kesehatan adalah aset mahal yang tidak bisa diganti dengan apapun. --salam sehat- 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun