Jarum masih menunjukkan angka di jam 7 pagi, namun antrean mobil sudah mulai mengular panjang dari pintu masuk menuju pantai karnaval Ancol. Roda dua tampak menyelip di sela-sela, rombongan pejalan kaki berbondong ke arah yang sama. Belasan Polisi sigap berjaga dari depan gerbang Dufan, mengarahkan kendaraan dan pejalan kaki menuju lokasi yang dituju.
Langit sedikit mendung, sehingga membantu menahan rasa haus akibat menjalankan ibadah puasa. Spanduk bergambar bus dan prosesi khas mudik terpasang, menyebar di titik titik strategis dengan warna cukup "eye catching".
Kamis 22 Juni 2017 adalah pelaksanaan mudik gratis diselenggarakan Kemenhub, tertulis 1.000 bus siap mengangkut pemudik dari Jakarta menuju Jogjakarta, Solo dan Wonogiri. Antusias perantau di  Jakarta begitu terasa, tampak panitia dibuat sibuk dan kerepotan mengatasi calon penumpang.
Saya bersama beberapa kompasianer lain turut bergabung, Â dalam riuh rendah kegiatan mudik gratis melalui Kompasiana. Setelah mengikuti Blog Competition di Kompasiana, terpilih 20 nama berhak ikut mudik gratis --meski tidak semua nama akhirnya ikut.
"Bus jurusan Solo dan Wonogiri ada di kanan, Bus Jogja terus saja lurus" Suara panitia berulang keluar dari toak.
"Bus nomor sepuluh dimana"
"Abaikan  nomor bus perhatikan kota jurusan, langsung masuk saja ke bus kosong" panitia masih sibuk mengatur pemudik.
"saya dipingpong ke sana ke mari, ditanya pakai motor atau tidak segala, terus penumpang lain nanya apakah saya rombongan dari Tangerang apa bukan" seorang ibu muda mengomel.
Rupanya moment mencari bus dimanfaatkan segelintir orang, ingin satu bus hanya dinaiki orang orang yang dikenal dan satu jurusan saja. Beruntung satu ibu dengan wajah lelah berani menggertak, sehingga penumpang "nakal" tidak berani menyuruh si ibu turun.
"Lagian sama sama naik bus gratis, kok maunya booking beberapa kursi sekaligus untuk groupnya"
"Niat pemerintah sebenarnya sudah bagus, kok ya ada saja yang memanfaatkan" gerutu seorang bapak.
Mendengar kekesalan pemudik yang satu bus, saya bersyukur sekali naik bus langsung duduk di kursi tanpa disuruh pindah bus lain. Hal ini tak berlangsung lama, sekitar enampuluh menit kerepotan sudah mulai mereda.
Ketika kursi demi kursi bus terisi, keringat mulai keluar membasahi kaos dan rambut. Pak Supir yang melihat penumpang kipas kipas dengan kertas atau tangan, langsung menghidupkan mesin dan menyalakan AC.
-0o0-
Suasana  keberangkatan yang cukup mengesankan, personel bus dengan sigap mendata satu persatu penumpang. Saya yang ada di kursi bagian belakang cukup lega, tiga kursi berjajar bisa dipakai untuk dua orang.
Setiap penumpang mendapat jatah snack, bisa ditukar dengan menunjukkan kupon yang ada di karcis bus.Â
Hiburan berupa musik cukup mencairkan suasana, mengusir rasa penat dan bosan selama perjalanan. Nyaris televisi menampilkan karaoke tak pernah dimatikan, beberapa penumpang tampak mengikuti lagu yang diputar.
Bus yang saya tumpangi melewati jalur utara, pada H- 3 lebaran lalu lintas relatif tidak macet. Bus sangat jarang berhenti karena berpapasan dengan kendaraan lain, atau terjadi penambahan volume kendaraan. Secara keseluruhan kondisi jalan cukup bagus alias tidak ada yang rusak, benar benar beda dibanding tahun sebelumnya.
Sekitar jam setengah empat sore bus berhenti istirahat, sebagian kami memanfaatkan untuk sholat ashar. Sementara penumpang lain ada yang sudah makan, mulai anak-anak, remaja, dewasa, laki atau perempuan membuka bekal yang dibawa.
Sontak aroma makanan memenuhi dalam bus, bau rendang, keripik kentang, tempe bacem, snack anak-anak menyengat hidung. Penumpang dewasa tak sungkan makan, padahal hari masih masuk bulan puasa- tapi sudahlah urusan masing-masing.
Sekitar setengah jam istirahat bus kembali berjalan, kami berbuka ketika bus sampai di daerah cirebon. Karena saya tidak membawa makanan nasi, maka berbuka cukup dengan buah dan makanan ringan atau snack yang dibagikan. Untuk jagoan saya akhirnya bisa membeli nasi pecel lele, ketika berhenti di sebuah SPBU.
Perjalanan kembali berhenti jam tiga dini hari, di daerah Kendal Jawa Tengah kami sahur untuk puasa hari ke duapuluh delapan.
"Alhamdulillah" Â
Bus akhirnya sampai terminal terakhir di Solo sekitar jam 7.30, bus mudik gratis berhasil mengantar kami di tujuan akhir. Saya berkirim pesan ke teman Kompasianer yang berbeda Bus, rupanya mereka lebih cepat sampai di tujuan masing-masing.
-0o0-
Mungkin yang perlu diperhatikan adalah teknis pelaksanaan, agar masyarakat tidak dibuat kesal atau ada peluang bagi oknum nakal membuat bingung pemudik lainnya.
Saya pribadi sangat berterimakasih kepada Kemenhub dan Kompasiana, sehingga bisa merasakan pengalaman mudik gratis tahun ini. Berharap mudik gratis terus diselenggarakan pada tahun berikutnya, tentu dengan pengelolaan yang lebih baik lagi.
Pada ujung artikel ini, saya sampaikan "Minal Aidzin wal Faidin Mohon Maaf Lahir dan Batin"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H