Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Orang Tua Memaknai Arti Bermain

21 Juni 2017   06:51 Diperbarui: 21 Juni 2017   08:36 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
anak-anak bergembira dengan bermain -dokpri

Tak semua orang tua paham arti penting dari bermain, utamanya bagi anak-anak yang notabene dunianya adalah dunia bermain. Maka tidak bisa dipungkiri, konotasi main masih dianggap sebagai kegiatan menghabiskan waktu. Sehingga kerap terdengar omelan "dari tadi main mulu", kalimat ini jamak terlontar saat orang tua marah.

Masa kecil saya lewatkan di kampung, bermain dengan teman sebaya tak lepas dari keseharian. Kala itu semua lebih mengandalkan permainan fisik, maklum saja belum ada gadget seperti masa sekarang.

Gerobak sodor, benteng, petak umpet dan masih banyak permainan lain, menjadi bagian dari masa indah jaman dahulu.

Nah ternyata manfaat permainan fisik sangat bagus, baru saya ketahui dari founder dari Komunitas Ayo Main Siti Syarifah. Dalam sebuah acara buka puasa bersama di bilangan Jakarta Selatan, pencerahan tentang pentingnya bermain saya dapati.

Kompasianers, bermain bisa menjadi sarana pengikat segala ilmu. Congklak misalnya, merangsang syaraf motorik sekaligus memperhitungkan biji biji itu pas masuk di lubang yang dituju. Secara tidak langsung ada kaitannya dengan ilmu matematika, kalau sampai salah perhitungan bisa menyebabkan kekalahan.

Misalnya lagi main petak umpet, mampu merangsang anak-anak bisa memasang strategi ngumpet yang efektif dan efisien. Bagaimana agar dirinya tidak ketahuan, anak-anak memiliki strategi bagaimana mencapai tiang sasaran tanpa diketahui rival.

Bermain bisa menjadi wahana bereksploarsi, Kompasianer's pasti sering lihat anak-anak cewek yang suka memerankan seseorang. Entah anak cewek ini berperan sebagai ibu, tante, anak, sebagai dokter, perawat, pedagang dan profesi lainnya.

Hal ini sangat mampu merangsang imajinasi anak- anak, niscaya anak-anak bisa terinspirasi pada profesi mendorong semangat meraih cita-cita di masa mendatang.

Tugas kita para orang tua adalah memaknai apa itu bermain, sehingga bisa sekaligus proses pembelajaran bagi anak-anak. Bakat pada anak memang tidak serta merta  lahir dan ada,  kewajiban orang tua adalah mengarahkan dengan sebaik baiknya. Pada usia remaja atau sekitar 13 tahun, anak akan merasakan manfaat simulasi/bermain semasa masa kecil.

Bermain bersama anak-anak itu penting -dokpri
Bermain bersama anak-anak itu penting -dokpri
Quality Time anak dan orang tua bisa didapat melalui bermain, jadi sediakan waktu khusus untuk anak bukan waktu tersisa.

Anak anak butuh waktu dengan orang tua untuk kepentingan perkembangannya, sementara untuk orang tua adalah untuk menghibur diri sendiri. Coba perhatikan saat bermain dengan anak, orang tua tersenyum saat anak merengek atau bertingkah lucu.

Bermain fisik identik dengan bergerak,  akan merangsang seluruh tubuh dan metabolisme. Bergerak merangsang mengeluarkan zat yang dibutuhkan anak-anak untuk berkembang, bergerak memberi ruang mengembangkan diri, membangun kemampuan berpikir dan berekploarsi.

Dalam bermain sebaiknya tidak terjadi intervensi, sedikit sedikit orang tua turun tangan menyelesaikan kesulitan dihadapi anak. Hal ini sama saja dengan merampas kesempatan, bagi anak-anak  menyelesaikan masalahnya.

Bermain dengan orang tua adalah modal, terutama bagi anak anak saat kelak berusia dewasa. Menurut ilmu psikologi, saat berada di titik terendah orang akan teringat pada masa kecil. Kalau masa kecil tersebut indah, maka akan sangat membantu bisa bersikap dengan bijak.

Para orang tua, yuk rangkul anak-anakmu sekarang juga. Masa kecil mereka tidak lama, sayang kalau disia-siakan dan dibiarkan berlalu begitu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun