Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mudik Seru Lebaran Haru

23 Mei 2017   23:01 Diperbarui: 23 Mei 2017   23:17 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan mudik -dokpri

Belum lagi kondisi lalu lintas yang cukup padat, tentu memicu lelah secara fisik dan lelah pikiran. Sangat  besar kemungkinan stress di jalanan, daya tahan tubuh bisa menurun.

Alangkah bijaksana, apabila memanfaatkan moda transportasi yang tersedia. Baik  berupa bus atau kereta, yang telah terbukti aman dan nyaman untuk dikendarai. Banyak perusahaan bus memiliki reputasi pelayanan bagus, menyediakan tempat istirahat dan memiliki pengemudi tidak ugal-ugalan.

Sebagai penumpang merasa aman dan nyaman, pikiran tidak was-was sepanjang perjalanan. Satu hal paling utama, badan tidak merasa capek sampai di kampung, sehingga silaturahmi berjalan lancar.

-0o0-

pemudik roda dua -dokpri
pemudik roda dua -dokpri
Kini setelah berkeluarga dan merantau di ibukota, mudik menjadi kegiatan yang musti dipersiapkan jauh hari. Mengingat biaya diperlukan tidak sedikit, saya dan istri menabung beberapa bulan sebelum lebaran tiba.

Karena kini punya dua keluarga besar, kami menyiasati pulang lebaran secara bergantian. Kalau tahun ini lebaran di rumah mertua, pada tahun berikutnya kumpul dengan keluarga di tanah kelahiran. Hal serupa diterapkan keluarga kakak, sehingga kami bisa janjian berkumpul setidaknya dua tahun sekali.

Melihat fenomena mudik dengan roda dua dewasa ini, saya tetap bertahan dengan pendirian semula.  Menyayangi kondisi badan, mengingat waktu tempuh bisa tiga kali lipat dibanding waktu di Surabaya.

Mudik dengan roda dua, dari Jakarta ke kota kecil di Jawa Timur tidak pernah terbayangkan. Apalagi bagi yang membawa anak dan istri, mudik dengan sepeda motor cenderung berbahaya.

Kasihan kan, anak yang masih balita tertidur di terpa angin jalanan secara langsung. Belum lagi orang tuanya yang keletihan, selain mengurus diri juga mengurusi buah hati.

Saya pernah berpapasan dengan pemudik roda dua, tampak kelelahan dan tertidur di mushola SPBU. Jaket yang dikenakan terlihat lusuh, badan capek menenteng barang barang bawaan. Si anak wajahnya tampak kecapekan, dalam hati ini berdoa si kecil tidak rewel. Kasihan banget kalau sudah capek ditambah repot, bisa-bisa urusan jadi tambah panjang.

Melihat  fenomena mudik dengan roda dua, sekaligus melihat sendiri kejadian di SPBU. Tekad  ini semakin membulat  daja, tidak bakalan mudik dengan roda dua. Keseruan mudik sejatinya terasa dengan kenyamanan, meski menggunakan transportasi darat bus atau kereta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun