Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kartini Versi Hanung Mengubah Paradigma

6 April 2017   14:12 Diperbarui: 6 April 2017   23:00 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu masih berseragam merah putih, saya sempat menonton film kartini.  Kala itu menjadi film tontonan wajib, bahkan diputar melalui layar tancap di lapangan desa –jangan hitung umur saya yak hehe. Memasang bintang Jenny Rachman, didukung oleh Dedy Sutomo, Nany Widjaya, Adie Kurdi, Chintami Atmanegara dan nama terkenal lainnya.

Film Kartini produksi tahun 1984 disutradari Sjumandjaja, berkisah kehidupan Kartini dari lahir hingga meninggal. Kartini digambarkan sebagai sosok yang kuat dalam pemikiran, namun tunduk pada adat Jawa yang berlaku turun menurun.

Kemudian pada tahun 2016, diproduksi film berjudul “Surat Cinta untuk Kartini” (SCUK). Menawarkan citarasa baru dari film Kartini terdahulu, mengambil angle dari kisah tukang post. Menampilkan pendatang baru Rania Putri Sari sebagai bintang utama, berpasangan dengan Chicco Jerikho sebagai Sarwadi si tukang post.  

SCUK mengangkat cerita dari sisi berbeda, yaitu upaya Sarwadi yang sedang menaruh hati pada Kartini. Rekaan cerita seputar kisah Kartini tidak ada yang salah, tinggal bagimana mengemas agar tetap masuk logika. Pada film Kartini produksi 2016, tidak focus pada perjuangan Kartini saja. Tapi lebih pada semangat Sarwadi sebagai rakyat biasa, hendak menyampaikan perasaannya pada putri Bupati.

Ilustrasi-dokumentasi pribadi
Ilustrasi-dokumentasi pribadi
Tak dinyana, pada tahun 2017 cerita Kartini kembali diangkat ke layar lebar. Melalui tangan dingin Hanung Bramantyo, sutradara yang kerap menelurkan film berkualitas dan laris. Memasang nama Dian Sastrowardoyo sebagai Kartini, turut mendampingi terdapat Dedy Sutomo, Christine Hakim, Reza Rahardian dan masih banyak bintang ternama lainnya.

Komunitas Pecinta film Kompasiana (KOMIK), berkesempatan hadir memenuhi undangan dari IFI dan Plaza Indonesia. Sungguh semua serba mendadak, sehingga semua persiapan dilakukan admin KOMIK secara super cepat. Memilih sepuluh nama undangan, segera disetorkan pada pihak pengundang.

Secara pikiran pintas dan cepat, admin memilih nama yang rajin nulis di Kompasiana. Selain meyakini bisa datang tepat waktu, paling penting tidak punya utang review. Hal ini menjadi pertimbangan, agar admin tidak ‘malu’ pada pihak pengundang pastinya.

Cast Kartini Versi Hanung Bramantyo -dokpri
Cast Kartini Versi Hanung Bramantyo -dokpri
Film Kartini versi Hanung Bramantyo, hadir dengan jalan cerita yang lebih segar. Sebagai sosok perempuan yang menjunjung tata krama, namun tetap memiliki kesan open minded. Sang Sutradara cukup pintar, membawa imaginasi penonton bekerja lebih relaks mengikuti ‘kemauan’ pembuat film.

Seperti saat Kartini membaca sebuah novel, digambarkan si pembaca buku melihat perjalanan sidang seperti kisah novel yang dibaca. Kartini menengok jendela kaca, terdapat ruang pengadilan di masa Belanda. Penulis novel bersanding disebelahnya, menjelaskan apa yang sedang dilihat.

Hal yang sama terulang, saat Kartini berkorespondensi dengan seorang perempuan dari Belanda. Ketika selembar kartu diterima, tiba-tiba Kartini berada di negeri kincir angin. Bersua dengan sahabat pena, berbincang seperti tulisan dalam suratnya.

Perjuangan kartini membebaskan pikiran dari kebiasaan belenggu adat, dijelaskan dalam setiap adegan dengan apik di film Kartini. Seperti tidak mengharuskan adik-adiknya, memanggil dirinya dengan sebutan “mbak”. Pun saat menolak dua adik, menyembah dirinya yang notabene lebih tua.

Kartini yang haus ilmu pengetahuan, digambarkan dengan kegemaran membaca dan menulis. Kemudian satu adegan begitu kuat, saat seorang Kyai mengisi pengajian di rumahnya. Keingintahuan kartini mengemuka, saat Kyai menerjemahkan surat Al fatihah.

Secara garis besar jalan cerita, tidak terlalu melenceng jauh dengan film kartini produksi tahun 1984. Namun ada satu membuat saya agak tercengang, beberapa scene menampilkan tiga bersaudara perempuan sedang duduk di atas tembok pagar tinggi.

Selain Dian Sastro yang berakting cemerlang, masih tetap menonjol adalah akting Christine Hakim. Aktris senior langganan piala citra ini, sanggup memukau dengan peran sebagai Ngasirah (ibu kandung Kartini). Djenar Maesa Ayu sebagai ibu Tiri, kekuatan penjiwaannya tidak bisa diremehkan.

Satu yang menurut saya agak janggal, adalah saat Kartini memegang kertas folio halus bergaris biru. Kertas jenis ini pasti kerap anda jumpai, di tukang foto copy atau penjual alat tulis masa kini.

Padahal sepanjang adegan Kartini menulis, ditampilkan kertas kasar polos berwarna agak kecoklatan. Justru pada kertas polos kasar ini, mewakili jaman saat Kartini hidup pada saat itu.

Namun saya tetap recommended, Kompasianer datang dan menyaksikan Film Kartini produksi terbaru. Secara resmi tayang pada 19 April 2017, serentak di Bioskop di Tanah Air.- salam-

Logo Komik- admin komik
Logo Komik- admin komik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun