Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kunci Diet Itu "Mindset"

14 Maret 2017   08:31 Diperbarui: 15 Maret 2017   16:01 1243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya yakin, setiap orang pasti punya keinginan memiliki bobot ideal. Memakai baju apa saja enak dilihat, tak kesulitan mencari ukuran pakaian. Kalau berpose di foto, tak perlu lagi menahan nafas menutupi buncit di perut —hehe.

Meski kenyataannya, keinginan sering kali tidak dibarengi dengan tindakan. Pola makan dengan benar tidak dijaga, pun gaya hidup kurang sehat tetap saja diterapkan.

Makan aneka gorengan sebagai kegemaran, pun makanan yang manis manis tetap saja disikat. Malas-masalan bergerak, apalagi membiasakan diri rutin berolah raga. Letak lapar bukan di perut, tapi sudah pindah di hidung, mata, lidah dan seterusnya.

Bagaimana tidak?

Saat bola mata melihat warna hijau cendol, langsung saja mengambil meski tidak haus. Tidak peduli lagi, meski cendol (misalnya) memakai pemanis buatan atau batu es dari air mentah.

Ketika asyik jalan-jalan, mendadak “SENGGG” hidung mencium aroma harum makanan. Sontak kaki berbelok arah, menuju sumber bau menggoda berasal. Alhasil comot makanan ini dan itu, meski  sebelumnya perut sudah diisi makanan.

Maksud hati sih, sekedar incip-incip sedikit saja makanan baru. Tapi apa daya, ujung lidah mencecap taste nikmat. Bermula dari incip seujung sendok, akhirnya sekalian satu piring dihabiskan.

“Pengin sih kurus, tapi kalo ada martabak gak tahan mau abisin sendiri”

“Gue tuh kalo minggu pagi, maunya molor sampai siang”

“Mumpung lagi di sini, makan saja sekenyangnya”

Begitu seterusnya dan setersunya...

Jangan salah sangka, kalimat dan kejadian serupa pernah saya alami sendiri. Jarum timbangan kala itu, sudah mendekati angka seratus. Tapi niat membuang lemak, hanya sekedar niat berhenti diujung mulut. Entahlah, sulit sekali merubah kebiasaan yang berlangsung bertahun-tahun.

Mungkin setiap kita sangat membutuhkan, satu moment yang benar-benar membalikkan paradigma. Moment untuk memperkuat tekad, sekaligus melibas segala alasan yang membuat bimbang.

konsumsi buah itu penting -dokpri
konsumsi buah itu penting -dokpri
Yes, saya mendapati moment tersebut !

Ketika mengikuti sebuah lomba menulis, diadakan klinik penurunan berat badan. Untuk kepentingan penulisan, saya medatangi klinik melakukan observasi. Dengan perlakuan layaknya seorang pasien, saya mengikuti serangkaian prosedur.

Hingga sesi konsultasi dengan dokter, membuat jantung ini berdegub kencang. Saya masih ingat, saat di USG persis seperti ibu sedang hamil. Setelah itu selembar foto diprint, dokter menjelaskan gambar hitam putih.

Dari selembar foto, ditunjukkan bagaimana bahaya jika terjadi pelemakan. Kalau saja ginjal atau hati diselimuti lemak, tandanya diri musti waspada. Indikasinya sangat mudah, satu dari dua organ tersebut warnanya lebih putih.

Beruntung semua baik-baik saja, namun rasa was was tidak langsung sirna. Pikiran ini seperti terpaut, pada kalimat “pelemakan” yang diucapkan dokter di klinik. Tak ada jalan lain, kecuali diri sendiri merubah gaya hidup dan pola konsumsi makanan.

Sesi konsultasi dengan ahli nutrisi, benar-benar laksana oase yang memberi pencerahan. Pikiran ini langsung terbuka, tentang makanan jahat dan yang ramah bagi badan. Bagiamana mengatur konsumsi makanan, sehingga bisa dicerna dengan baik. Sehingga tidak menimbun di badan, alhasil dibuang dalam bentuk kotoran.

“Saya musti berubah”, bisik benak ini membulat.

sumber ; papasemar(dot)com
sumber ; papasemar(dot)com
Kunci utama di mindset !

Pusat kinerja manusia, tidak lain dan tidak bukan adalah otak. Manusia ditasbihkan sebagai makhluk mulia, karena memiliki akal pikiran. Mahluk lain tidak memiliki akal, sehingga tidak bisa mengelola ego.

Ketika otak sudah disetting, maka pengaruh dari luar bisa ditanggulangi. Ketika otak diisi informasi yang membangkitkan semangat, maka semua kendala akan diterjang.

Olah raga di pagi hari, adalah pekerjaan berat bagi pemalas. Bayangkan saja, udara di luar sedang dingin lebih enak mendekap selimut tebal. Menahan konsumsi makanan kesukaan, tentu butuh perjuangan melawan diri sendiri. Cake dengan lumeran cokelat di atasnya, siapa tak tergoda segera memasukkan ke dalam lambung.

Tapi kalau kita berpikir tentang “BIG GOAL”, apapun pasti akan dijabani. Kesehatan lebih utama, dibandingkan hanya menikmati kesenangan sesaat. Berpikir jauh kedepan, akan melunturkan segenap beban yang terlihat berat.

Olah raga memang melelahkan, tapi hasilnya sangat mendukung kesehatan. Selektif makan ini dan itu memang tidak mudah, namun penyakit sumber kesulitan. Mustilah dihunjamkan di benak, bahwa pikiran akan membentuk diri sendiri.

Diet adalah merubah mindset, akan mempengaruhi sikap seseorang. Dalam memilih makanan yang masuk lambung, memilih kegiatan yang menguntungkan tubuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun