Mengingat peristiwa terlampaui, selalu saja terbit senyum di sudut bibir. Mendadak kadar sayang bertambah, wajah manis tanpa dosa semakin melekat di benak.
Sepenuh kesadaran menjalankan tugas keayahan, sembari tak henti saya menghembuskan doa. Semoga gadis kecil ini, mendapat figur lelaki kelak dipilih menjadi imamnya. Seperti harapan besar si ayah, pada saatnya nanti memperoleh menantu yang sukufu/ sepadan dalam hal akidah.
Sungguh saya sangat fakir ilmu, terus berupaya tambal sulam keimanan. Namun mempersiapkan anak-anak menjadi generasi kaffah, menjadi agenda besar saya dan para orang tua. Alasan apalagi mampu membahagiakan orang tua, selain memastikan anaknya bahagia.
Malam saat mata belum terlelap, dari sisi ranjang memandangi paras manis gadis manis. Terbayang perjalanan panjang akan ditempuh, tak mungkin si ayah mendampingi sepanjang waktu.Senyampang waktu masih ada digengaman, biarlah kedekatan ayah dan anak perempuan terjalin. Hari hari yang telah berlalu, yakinlah kelak menjadi mutiara di hati buah hati.
Para ayah, rangkullah hati anak perempuanmu. Tampilkan dirimu sebaik-baiknya, agar sumringah wajahmu menjadi pencerahannya. Agar semangat keayahanmu, sampai pada kalbu terdalamnya. Sehingga dia memahami, seperti apa kelak laki-laki dipilih mendampingi. –salam-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H