"Sudah jadi seragamnya, sini cobaen"
Saya tersenyum sembari membayangkan, betapa pantas tubuh ini memakai seragam putih-putih. Latihan silat hari minggu depan, sudah berpakaian sama dengan teman lainnya.
“Gagah tho, koyo pendekar Gunung Lawu” celetuk ibu.
Sungguh hati membumbung, mendengar puja puji ibu dan sumringah wajah ayah. Tapi masalah kecil mengusik, gambar cap tepung pada bagian punggung cukup mengganggu.
"Gak apa-apa, nanti kalau sering dipakai dan dicuci lama-lama hilang" hibur ibu
Masalah seragam akhirnya selesai, sekali dua kali cap terigu dibahas teman yang usil. Namun pada latihan ketiga semua berjalan lancar, saya dan kakak percaya diri memakai seragam silat dari karung terigu.
Mengilhami saya, yang kini sudah menyandang predikat ayah. Untuk memberi persembahan terbaik, dengan upaya terbaik pula untuk anak-anak. Sudah smestinya seorang ayah, mempersembahkan bahkan dirinya untuk kebahagiaan anak dan istrinya. -salam-