Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4 Jenis Pola Asuh dan Dampaknya pada Anak

20 Januari 2017   07:54 Diperbarui: 20 Januari 2017   08:49 31408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara umum ada empat jenis pola asuh, digunakan para orang tua dalam mendidik anak-anak.

Silakan Kompasianers mencermati, termasuk pada pola asuh mana.

1. Otoriter

Pola asuh jenis ini, ada unsur memaksa pada anak untuk mengikuti kehendak orang tua. Aturan yang diterapkan di rumah, harus dipatuhi tanpa mau tahu perasaan anak.

Jika anak tidak mau patuh, orang tua cenderung memberi hukuman yang keras (biasanya hukuman fisik). Dampaknya ada jarak pemisah dalam hubungan antara orang tua dan anak, komunikasi keduanya tidak lancar cenderung kaku atau tidak hangat.

Orang tua selalu merasa paling benar, akibatnya anak akan merasa tertekan, menarik diri dari pergaulan dan tidak percaya pada orang tuanya apalagi orang lain.

Anak dengan pola asuh otoriter, bisa tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri, agresif, berpotensi punya masalah dalam pergaulan dengan teman sebaya.

2. Permisif (Serba Boleh)

Pola asuh ini berbanding terbalik dengan pola asuh otoriter, semua dilonggarkan nyaris tidak ada aturan.

Orang tua tidak menerapkan batasan, cenderung memberi kebebasan anak mengerjakan apapun semaunya. Hubungan antara anak dan orang tua sangat hangat, karena tidak ada tuntutan apapun pada anaknya. Sistem reward and punishment tidak berlaku efektif, karena anak lebih sering mendapat reward dibanding hukuman.

Pola asuh permisif atau serba boleh, biasanya membuat anak maunya menang sendiri. Selain itu menjadi anak tidak percaya diri, tumbuh menjadi pribadi kurang mandiri atau sangat tergantung. Semua sebagai dampak kurangnya bimbingan dan arahan, sehingga anak kurang dilatih bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun