Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Ayah Hebat untuk Anak Hebat

6 Januari 2017   08:39 Diperbarui: 6 Januari 2017   10:08 1394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan menjadi dan sebagai ayah, ibarat petualangan dalam kehidupan. Setiap kejadian sekecil apapun bersama anak dan atau istri, sejatinya menjadi peluang pembelajaran bagi ayah.

Dalam ranah pengasuhan, rentang usia anak 0 - 7 tahun adalah satu masa yang disebut golden moment. Pada usia anak-anak inilah, saat terbaik menanamkan banyak hal pada buah hati.

Proses membangun kedekatan, bisa dimulai ayah saat janin masih bersemanyam di rahim ibunda. Kemudian berlanjut setelah permata hati hadir di alam fana, memberi persembahan dan sikap terbaik. Niscaya pada usia emas ini dampaknya manjur, menjadi pondasi sikap bagi kehidupan anak-anak di masa mendatang.

Penanaman karakter anak, akan terasa efektif dengan dicontohkan tidak sekedar dinasehatkan saja. Anak merekam apa yang dia lihat, sedangkan yang dia dengar relatif cepat hilang.

Seperti pengin punya anak yang rajin sholat, sebagai ayah mestilah tegak menunaikan sholat lima waktu. Mustahil bagi ayah pengabai kewajiban ibadah, berharap anaknya sregep dan khusyu mendirikan sholatnya.

"Al Ummu Madrasatul Ulla" ibu (juga ayah tentunya) adalah madarasah pertama bagi anak, orang tua adalah guru sejati bagi anak-anaknya. Ayah dan ibu, adalah orang yang menjadi tumpuan anak-anak. Jadi tak cukup orang tua, sekedar mengirim anak ke sekolah agama unggulan. Kemudian mengharap output, si anak akan berbudi dan berakhlak baik.

Proses peneladanan ayah dan bunda dari rumah, menjadi sepenuh bekal anak dalam menempuh badai kehidupan mereka sendiri. Kelak akan tiba saatnya, anak-anak lepas dari pelukan orang tua. Mereka meniti jalan hidup sendiri, jalan kehidupan yang ditempuh tanpa pendampingan orang tuanya.

Menjadi Ayah Pembelajar

Setiap kali membincang tentang anak, saya selalu merasa masih sangat perlu banyak belajar dan belajar. Karena tak bisa dipungkiri, peran ayah memiliki intervensi pada tumbuh kembang anak pada tahap golden moment-nya.

Sebagai ayah saya siap membuka diri, terhadap pengetahuan untuk menjadi ayah hebat. Peran ayah adalah kepala keluarga dan nahkoda, saya selalu berusaha menunjukkan sikap terbaik.  Tidak mudah menghamburkan kalimat kasar, apalagi berlaku ringan tangan pada istri terlebih pada anak-anak. Sebagai seorang ayah saya belajar rela dan merelakan diri, membuang jauh ego demi kebaikan anak pun istri.

Membaca, itu kuncinya !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun