Bisa jadi untuk kasus yang khusus dan spesifik, pendapat saya tidak sepenuhnya benar. Saya hanya mencoba melihat permasalahan, dari hal-hal yang jamak berlaku dalam masyarakat.
Makanya saya sangat jarang nonton di Sinetron Indonesia, karena isinya begitu sangat sering "membodohi" pemirsanya (parahnya si pemirsa menikmati saat dibodohi)--hehehe.
Ada cerita televisi menggambarkan, Â istri yang super galak tidak taat beribadah, memiliki suami yang kelewat sabar dan sangat taat beribadah. Atau istri yang solehah dan sangat penurut, memiliki suami seorang pemabuk berat dan berperangi kasar.
Yang terlintas dipikiran saya, bagaimana mereka awalnya bertemu dan berkenalan kok bisa cocok dan menikah. Â Tapi sudahlah, namanya juga sinetron--hehehe.
Keputusan memilih pasangan hidup, sudah semestinya menjadi keputusan yang tidak main-main. Setiap pasangan sudah pasti menginginkan, bisa langgeng sampai maut memisahkan.
Sepasang suami istri bagiakan kesatuan, tinggal bagaimana berdua merawat dan membina sebuah hubungan. Â Mereka yang memutuskan untuk hidup bersama, tentu sudah melalui proses pengenalan dan pertimbangan mendalam.
Bagiamana cara memilih pasangan agar tidak menyesal di belakang hari?
Kuncinya membaikkan diri sendiri,
Diri adalah permulaan dari semua hal, dari dalam diri pula menentukan reaksi terhadap apa yang terjadi di luar.
Betapa musuh terberat setiap orang, adalah menaklukkan ego dari dalam dirinya. Selalu menginginkan hal yang ideal, musti dibarengi dengan melakukan hal ideal tersebut dari  dirinya sendiri. Para suami dan atau para Istri, mari membaikkan mulai dari diri sendiri. - Wallahu'alam.