Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Inilah Bukti, Pepih Nugraha Tak Terpisah dengan Kompasiana

31 Desember 2016   16:04 Diperbarui: 31 Desember 2016   16:30 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kang Pepih bersama team Kompasiana- foto dipinjam dari FB Bangkit Mahendra

Akhir pekan di penghujung tahun 2016, sebuah video siaran langsung tampil di satu akun Facebook. Tampak lelaki berkaos hitam lengan pendek duduk di kursi empuk, menjadi pusat perhatian hadirin yang ada di ruangan. Saya pribadi tak asing dengan ruangan yang tampak di kamera, sekaligus tak asing dengan lelaki berkaos hitam yang sedang berbicara.

Lelaki itu bernama Pepih Nugraha !

Bagi sebagian besar kompasianers, nama khas Sunda ini pasti tidak asing di telinga. Pria yang akrab disapa Kang Pepih, tampak sedang pamit dari platfom blog yang identik dengan namanya. Dalam video yang diunggah di FB, Kang Pepih menjelaskan perihal keputusan sekaligus jalan yang dipilih. Siaran yang bisa dilihat secara umum, saya rasa bisa menjawab pertanyaan muncul di benak sebagian Kompasianers.

Kabar Kang Pepih mundur dari Kompasiana sudah santer, sejak awal bulan Desember 2016. Kala itu di beranda facebook beliau, tertulis kalimat tentang persetujuan surat pengunduran diri dari Kompasiana. Sontak ada bisik-bisik  di luar terdengar, menghubungkan keputusan Kang Pepih dengan konidisi yang sedang ada.

Apalagi beberapa waktu belakangan, saya dan teman Kompasianers mengeluh susah akses ke Kompasiana. Mau log in di Kompasiana kerap tidak berhasil, tak jarang setelah bisa masuk ternyata yang muncul akun dengan nama orang lain. Kalaupun sudah berhasil masuk ke akun sendiri, selesai menulis ada masalah dengan upload gambar atau tidak bisa diklik save atau publish.

Nah, dalam siaran langsung tersebut terjawab sudah. Bahwa Kang Pepih tidak resign dari Kompasiana, tetapi mengajukan pensiun dini. Pun keputusan tersebut diambil, bukan karena emosi atau sakit hati karena kondisi internal di Kompasiana.

Jadi clear sudah, atas desas-desus yang beredar !

Saya pikir juga tidak masuk akal mengambil resign, setelah membangun karir sebagai wartawan sejak tahun 1990. Perjalanan panjang di group Kompas telah ditorehkan, tentu tak sembarang keputusan diambil terutama soal resign.

Kang Pepih pernah bertugas sebagai Kepala Biro Kompas di Makasar, kemudian dipindah ke Surabaya. Pernah  menangani Kompas Update setelah Kompas siang berhenti terbit, kemudian sebagai Redaktur Pelaksana di Komuniti Kompas.com. Terakhir menjabat sebagai Chief Operating Officer Kompasiana, yang telah sukses mengajak warga biasa untuk menulis.

-0o0o0-

Acara Ngulik Kompasiana, Kang Pepih duduk dua dari kanan- dokpri
Acara Ngulik Kompasiana, Kang Pepih duduk dua dari kanan- dokpri
Saya seperti Kompasianers lain pada umumnya, kerap bersua dengan Kang Pepih kalau kebetulan beliau hadir di acara Nangkring Kompasiana.

Pertama kali saya bertemu, waktu acara bedah komik di TB Gramedia Pondok Indah Mall. Bedah komik Macan Putih adalah acara pertama Kompasiana yang saya hadiri, setelah bergabung menjadi Kompasianers pada bulan April 2014.

Sebagai pendatang baru kala itu, saya tidak mengenal satu namapun yang hadir. Bahkan Kang Pepih yang duduk di kursi depan saya, saya pikir seorang Kompasianers juga. Karena saat sesi tanya jawab, Kang Pepih bertanya pada narasumber layaknya peserta nangkring lainnya.

Masih terekam jelas wajah-wajah yang hadir kala itu, di panggung ada admin Mas Nurullah selaku moderator. Pada kursi peserta Nangkring, terdapat nama Ben Baharuddin Nur, Indria Salim, Sari Novita, Ety Budiharjo, Rokhmah Nurhayati dan beberapa nama Kompasianers lainnya.

Pada kesempatan acara Nangkring Kompasiana berikutnya, baru saya ketahui bahwa Kang Pepih Nugraha adalah Chief Operating Officer Kompasiana. Meski saya pribadi belum pernah ngobrol secara intens, namun kesan tertangkap dari Kang Pepih adalah pribadi ramah. Tak segan menyapa lebih dahulu kalau ketemu, sembari menyelipkan ucapan terimakasih sudah datang di acara Nangkring Kompasiana.

Pernah satu buku karya beliau dihadiahkan pada saya, pada saat acara bedah buku di lantai enam kantor kompas Gramedia. Buku yang diterbitkan penerbit mayor dari Jogja, kini menjadi koleksi di rak buku di rumah.

Kompasiana Community gathering- Foto dari FB Rahab Ganendra
Kompasiana Community gathering- Foto dari FB Rahab Ganendra
Kompasiana dan Kang Pepih

Saat saya googling nama Kompasiana, pada bagian referensi di laman wikipedia tertulis "Pepih Nugraha". Ketika saya teruskan klik tautan nama tersebut, masuk ke akun Kang Pepih di Kompasiana.

Jejak digital yang tak akan terhapuskan sampai kapanpun, bahwa nama Kang Pepih sudah lekat dengan Kompasiana. Sebagai orang yang membidani lahirnya Kompasiana, Kang Pepih turut mengurus, merawat dan melewati suka dan dukanya.

Pada awal berdiri Kompasiana, banyak cemoohan ditujukan padanya sekaligus menganggap "blog is over". Bukan hal mudah mengajak orang menulis di Kompasiana, apalagi mengajak jurnalis lain sudah sibuk dengan pekerjaan dikejar deadline. Hingga lahir tulisan perdana kang Pepih di Kompasiana, publish pada 15 Juni 2008 berjudul "Jangan Malu untuk Memulai" Saat saya menulis artikel ini, tulisan tersebut dibaca 854 kali dengan sebelas komentar dan 5 nilai.

Dari satu tulisan awal inilah, babak perjuangan Kompasiana dimulai. Sampai menempuh usia delapan tahun, tak disangkal Kompasiana sudah menjadi platfom blog yang disegani. Tak hanya warga biasa menjadi penulis, nama sekelas Jusuf Kalla, Faisal Basri, Ceppy Hakim dan public figur lainnya tak ragu menulis di Kompasiana.

Kompasiana pernah hadir dalam KompasianaTV, meski hanya berusia satu tahun mengudara di KompasTV. Memberi kesempatan Kompasianers, secara bergantian muncul di layar kaca. Peluang istimewa juga datang, mengantar seratus Kompasianers menjejakkan kaki di Istana Negara. Membincang perihal Kompasiana, setiap Kompasianers akan punya pengalaman sendiri- sendiri.

Pasca keputusan pensiun dini Kang Pepih, Kompasiana ke depan harus terus berkembang. Ungkapan dalam bentuk kritikan atau nyinyir kepada Kompasiana, adalah bukti nyata bahwa Kompasianers masih cinta dan berharap banyak. Tugas penerus Kang Pepih tidaklah ringan, terutama menjaga semangat Kompasianers tetap menulis di Kompasiana.

Pada ujung tulisan, untuk Kang Pepih saya ucapkan selamat berkarya di medan perjuangan selanjutnya. Satu hal tidak bisa dielakkan, namamu akan tetap melekat dengan Kompasiana sampai kapanpun. -salam-

Kang Pepih dua dari kiri, saat acara Visit Tol Cipali -dokpri
Kang Pepih dua dari kiri, saat acara Visit Tol Cipali -dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun