Makhluk hidup mana, yang bisa hidup tanpa air?
Tubuh manusia sendiri, sekitar 60 - 70% didominasi oleh air. Coba saja rasakan kalau sedang berpuasa, kita lebih tahan lapar dibanding tahan haus. Tampak pada saat berbuka puasa tiba, konsumsi pertama kali adalah minum.
Air bersih sangat penting, karena untuk kebutuhan minum dan mengolah makanan perlu air bersih. Proses pengolahan air baku, memerlukan teknologi yang memadai. Kalau row water yang diolah dengan kualitas tidak layak, akan menjadi masalah pada saat proses sampai pendistribusian kepada pelanggan.
"Masyarakat punya tanggung jawab atas ketersediaan dan kualitas air, dengan cara tidak membuang sampah ke sungai, demi menjamin keberlangsungan ketersediaan air" Jelas Pak Budi Susilo, selaku Customer Service and Operation Director Palyja.
Kamis, 3 November 2016, Kompasianer hadir di acara Nangkring dan Visit Instalasi Pengolahan Air (IPA) Palyja. Acara dilakukan di dua tempat, IPA Penjaringan untuk Nangkring dan Visit Taman Kota.
Bagi beberapa Kompasianers, acara ini menjadi kali kedua diikuti. Saya yang awam mulai terbuka, betapa masalah air sangat kompleks dan menjadi tanggung jawab bersama.
Palyja memiliki empat tempat IPA ;
IPA 1 Pejompongan dengan kapasitas produksi 2.000 liter/detik
IPA 2 Pejompongan dengan kapastitas produksi 3.600 liter/detik
IPA Â Cilandak dengan kapasitas produksi 400 liter/detik
IPA Taman Kota dengan kapasitas produksi 150 liter/detik.
Distribution Central Reservoir (DCR) 4 produksi 1000 liter/detik
DCR 5 produksi 1000 liter/detik
IPA Kanal Banjir Barat produksi 550 liter/detik
Namun kondisi air sungai Jakarta, dari tahun ke tahun semakin mengkawatirkan. Saat ini terdapat 13 saluran sungai di Jakarta, hanya dua sungai yang layak dijadikan air baku. Sebelas sungai lainnya, memiliki kandungan amoniak dan detergent sangat tinggi. Merupakan hasil buangan limbah rumah tangga, yang tidak bisa diolah lagi.
Produksi ketahanan air bersih di jakarta, dari 26.100 liter/ detik baru terpenuhi 17.000 liter/detik. Masih terjadi defisit 9.100 liter/detik, dengan tingkat ketahanan air sebesar 3%.
Langkah Palyja
Berkat kerjasama Palyja dengan BPPT dan Suez, tahun 2012 IPA Taman Kota dibuka lagi. Row waterdiproses sebelum dilakukan pengolahan, dengan pemanfaatan bakteri yang makan amoniak dan detergent.
Dari pemanfaatan bakteri inilah, akhirnya air baku Cengkareng drain bisa memenuhi persyaratkan Permenkes. Palyja sendiri selalu menjamin, air yang dikelola memenuhi standart yang ditetapkan Permenkes.
Konsep yang dikembangkan, menjadi solusi pengolahan air sungai yang semakin tidak bagus. Saat ini sedang dibangun hal yang sama, mengembangkan row water di Cilandak dari sungai krukut.
Kondisi yang tengah berlangsung, membutuhkan keterlibatan semua stake holder dan masyarakat. Untuk mendukung Palyja, dengan mengkampayekan "Bersama Demi Air"
-0o0-
Pada tahun 1997, terjadi persetujuan kerjasama antara PAM Jaya dengan SUEZ Environnemnet dan Thames Water dengan sungai Ciliwung sebagai batas wiliayah pelayanan.
Bentuk kerjasama, adalah pendelegasian pengelolaan air bersih dari PAM jaya kepada swasta selama 25 tahun. Segala Asset utilitas akan dikembalikan pada PAM Jaya, pada saat kontrak berakhir.
Saham Palyja terdiri dari 51% Suez dan 49% Astra, mungkin kalau dengar Suez jadi ingat terusan suez di Mesir--ternyata memang ada kaitannya.
Palyja mengambil 62.5% air baku dari Jatiluhur, kemudian membeli dari Tangerang 31.8%. Sejak beroperasi 1 feb 1998, masalah air baku kurang ada di bagian barat dan utara jakarta. Total ada 45 permanen area,  dibagi dalam bentuk distrik agar lebih mudah dihitung input dan output.  Untuk konsentrasi  Playja, membangun jaringan pada wilayah yang tidak ada alternatif air tanah. Akses jaringan sudah dibangun 2.400 KM sejak 1998, infrastrutur yang dipersiapkan 73%.
Pemberlakuan Perda no. 11/1993, jika pelanggan telat bayar 5 hari dicabut dan telat sebulan ditutup permanen. Kebijakkan ini bagaikan simalakama, angka pelanggan Palyja menyurut.
Tingkat kehilangan air.
Kebocoran Fisik (tampak dan tidak tampak)
Lazimnya kebocoran terjadi karena jaringan sudah tua. Keboocoran fisik menyumbang 30% total kehilangan air, 30% kebocoran commercial, tindakan ilegal 9%.
Kebocoran fisik, mau gak mau harus diganti, ada 3000 KM jaringan tua yang perlu diganti.
Kebocoran Commercial;
Anomali meter, namun sudah ada solusi dengan chek secara berkala 5 - 7 tahun diganti tanpa membebani pelanggan. Setelah dicermati, untuk mengurangi tingkat kehilangan air yang signifikan adalah penggantian jaringan air.
Palyja relatif lama tidak menaikkan tarif, terhitung terakhir naik pada 15 Januari 2007. Sampai sekarang, harga per meter kubik adalah Rp. 1.050 untuk pelanggan key account. Namun kebiasaan pelanggan low income kurang bagus, mereka sering merapel pembayaran.
Misalnya perbulan mendapat tagihan Rp.20 ribu, mereka membayar tiga bulan sekali sebanyak Rp. 60 ribu. Dengan pemberlakuan Perda No. 11/1993, terpaksa Palyja melakukan pemutusan aliran air.
Untuk melayani pelanggan low income, diadakan program water for alldari Palyja. Dengan pengadaan kios air, pada tempat yang belum ada jaringan PALYJA. Disuplai dengan truck tangki, hanya melayani pelanggan yang tinggal di rumah yang ada PBB.
Total biaya untuk jaringan sekitar 2 trilyun, termasuk untuk maintenance system control. Pengadaan meteor atau rumah bagi mikroorganisme (bakteri baik yang makan amoniac dan detergen), terbukti efektif menurunkan 87% kadar amoniak.
Palyja berharap akhir 2016, mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas air.
Caranya ?
Pengadaan Camera JD7, berfungsi untuk mengontrol kebocoran pada jarak satu kilometer.
Call centre dibuka sampai 24 jam dalam seminggu
Akun medsos Palyja (FB ; Water4life_ID , Twitter @Water4life_ID dan Qlue).
Tantangan Palyja paling utama, adalah penambahan air baku. Tercatat sejak 1998 sampai sekarang, tidak ada tambahan air baku. Sementara tambahan pelanggan meningkat, dari 200ribu menjadi 400 ribu lebih.
Solusi yang diambil yaitu efisiensi, atau menurunkan tingkat kehilangan air. Menambah jaringan distribusi, dari  4.000 menjadi 5.500 KM. Meskipun dengan pengoptimalan dari Palyja, defisit air di seluruh Jakarta masih ada 9.100 liter perdetik.
Jakarta utara tidak punya alternatif air tanah, musti mendapat konsentrasi penanganan. Sebenarnya bisa menggunakan air laut sebagai air baku, namun butuh teknologi yang biayanya tidak murah. Biaya pengolahan air laut per-meter kubik adalah 13 ribu, belum ivestasi belum distribusi. Berapa harga sampai di pelanggan? --silakan hitung sendiri.
Tagline "Bersama Demi Air", adalah ajakan bersama melayani warga jakarta mendapat layanan air.
-0o0-
Ibu Emma Nedi, selaku Production Department Head Palyja menjelaskan tentang IPA Taman Kota.
IPA Taman Kota yang berdiri tahun 1982, sempat dihentikan operasionalnya pada tahun 2007. Hal ini disebabkan air baku memburuk, dengan tingkat amonium sampai 8 PTM (seharusnya 1 PTM).
Tahun 2012 IPA Taman Kota diaktifkan, setelah kerjasama dengan BPPT dengan menggunakan teknologi bio filtrasi (memakai bakteri) untuk meremove polutan terutama amonium.
Tantangannya IPA Taman Kota, selain polutan amonium adalah air laut. Konon air laut paling bisa, mematikan bakteri baik pemakan amonium. Sementara saat datang musim kemarau, arus balik dari laut membuat microorganisme tidak bekerja dengan optimum. Nah, penjelasan ibu Emma Nedi semakin gamblang saat Visit di IPA Taman Kota.
Pada ujung acara Nangkring, Kompasianers dipersilakan masuk ke DMCC (Distribution Monitoring Control Center). DCCM adalah ruang monitor, pengelolaan air baku sampai air siap disalurkan ke pelanggan. DMCC memantau IPA Â Pejompongan 1 dan 2, IPA Cilandak dan IPA Taman Kota.
Dari DMCC bisa dilakukan
Memantau pengolahan dan kualitas air, sebelum dan sesudah pengolahan.
Memantau air baku yang diolah secara real time (24 jam), sehingga bisa langsung dikoordinasikan pihak terkait.
Memantau distribusi pompa, berapa debit air yang digelontorkan ke pelanggan.
Memantau 25 roaster pump (pipa pendorong) yang dioperasikan dengan remote, agar air bisa sampai tempat pelanggan.
Mengatur debit air, baik yang masuk atau keluar.
Memantau perubahan jaringan (turun atau naik).
Membantu tugas team dilapangan dalam  distribusi air dalam jaringan,
Dengan menggunakan bus, Kompasianers tiba di IPA Taman Kota Jakarta Barat.
Febri petugas dari IPA Taman Kota, mengajak kompasiners mengetahui proses pengolahan air.
1. Penerimaan air baku ;
Sebuah pipa besar tampak, menyalurkan air baku dari Sungai Cengkareng Drain. Dengan  jarak intake (Pintu air) ke IPA sekitar 1,5 km.
2. Koagulasi dan flokulasi ;
 Koagulasi ; pengadukan cepat dengan menggunakan koagulan, agar partikel padat dalam air saling berbenturan membentuk flok halus
Flokulasi ; proses pengadukan lambat yang tujuannya memperbesar ukuran flok, sehingga mudah mengendap
3. Sedimentasi
Proses pemisahan lumpur dan air bersih, dengan batuan plate settler untuk mempermudah pengendapan.
4. Biofiltrasi
Proses removal polutan amonium, detergen dan mangan, dengan menggunakan bakteri baik (mikroorganisme) alami yang hidup dalam air
5. Filtrasi/ Penyaringan
Penyaringan sisa partikel padat, menggunakan media pasir silika. Agar fungsi pasir silika tetap optimal, dilakukan backwash 24 jam sekali
6. Desinfeksi
Proses removal bakteri, menggunakan zat kimia Chlorine dengan durasi 1 jam.
Sebelum bus kembali ke IPA Pejompongan, kompasianers mampir ke Stasiun Pompa di Cengkareng drain. Lengkap sudah visit Palyja hari ini, saya bisa mengetahui sedikit tentang proses pengolahan air. Kampanye "Bersama Demi Air", bukan sekedar kampanye kosong. Keterlibatan masyarkat sangat besar, demi keberlangsungan ketersediaan air bersih. -salam-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H