Sejak acara Community Gathering (CommGath) pada agustus 2015, wacana mengadakan Ngobrol di Palmerah (Ngoplah) sudah digulirkan Kompasiana dari jauh hari. Kompasianers Tangerang Selatan Plus (Ketaples), sebagai komunitas yang pertama merespon acara Ngoplah. Sesuai judul  Ngoplah, maka acara diadakan di Palmerah atau markas Kompasiana berada. Beruntung kami sudah akrab dengan admin K, sehingga koordinasi bisa dilakukan kapan saja via WA.
Saya kebetulan tinggal di Tangsel, ikut dilibatkan mulai dari awal berdiri komunitas ini (tepatnya sebagai team hore). Dua kali event pernah digelar Ketaples, di finger talk cafe  pamulang dan talkshow sosok perempuan inspiratif.
Keunikkan dari dua acara tersebut, kami membuat kesepakatan untuk publish artikel pada hari yang sama. Sehingga saat tulisan masuk kolom pilihan, berderet artikel tentang acara Ketapels.
Ngoplah Ketaples 21/5'16
Langit  sabtu pagi cukup gelap, beberapa saat titik air mulai turun. Weekend ini jadwal acara Ngoplah diadakan, sudah dirancang jauh hari sebelumnya. Via gorup chatting kami berkomunikasi, janjian berangkat dengan Commuter Line dari Tangsel. Ada yang start dari Stasiun Rawa Buntu, Sudimara dan Pondok Ranji, tujuan kami sama yaitu di stasiun Palmerah.
Pukul 13.30 saya berkemas menerobos gerimis, roda dua dititipkan di parkir stasiun Pondok Ranji. Karena sehari sebelumnya saya kehujanan saat hadir di sebuah acara, maka untuk hari ini saya tak mau mengulangi. Apalagi kantor Kompasiana dekat dengan stasiun palmerah, bulat hati ini naik Commuter Line.
Sampai di tujuan mbak Mey terlihat sudah menunggu, persis di sebelah kanan pintu keluar. Beliau mengurusi konsumsi untuk acara ini, tampak menenteng tas plastik berisi snack. Mengingat langit semakin mendung kami memutuskan tak menunggu, lebih dulu ke kantor Kompasiana. Masih ada teman ketaples lain, sedang on the wayke stasiun palmerah.
00-00
Studio Room lantai 6 tak begitu asing bagi kami, kerap acara K dilaksanakan di ruangan ini. karpet warna-warni digelar rapi, dua sofa hijau di tengah depan. Sembari menunggu peserta datang, Mbak Mey menyiapkan keperluan untuk acara. Pak Gapey Sandy (saya biasa panggil pak Fadly) narsum tunggal sore ini tampak datang, siap membagi ilmu yang beliau miliki.
"Sukses Wawancara Narasumber dan Apik Menuliskan", adalah tema yang diangkat untuk Ngoplah Perdana. Pak Fadly yang memiliki latar belakang penyiar dan reporter Radio, seolah tinggal berkisah pengalaman yang dilakoni bertahun-tahun.
Hal yang jarang dilakukan blogger setiap acara, yaitu mewawancarai narasumber. Mungkin bisa jadi dianggap sebagai keunikkan tulisan blogger dan beda dengan jurnalist, sebenarnya juga tidak ada yang salah dengan wawancara.
Wawancara - pertemuan tatap muka, "melibatkan interaksi verbal antara dua orang atau lebih tetapi biasanya diprakarsai untuk suatu maksud khusus dan biasanya difocuskan pada satu masalah khusus". Luwi Ishwara
Esensi Wawancara "Kegiatan ada yang bertanya dan ada yang menjawab, Pertemuan face to Face antar Interviewer dan Interviewee" Erol Jonathans
"Mencari Fakta, Alasan, Opini untuk topik tertentu dengan menggunakan kata - kata narasumber sehingga khalayak bisa membuat kesimpulan atau keabsahan dari apa yang dikatakan narasumber" Theo Stokkink
Sebagai orang awam yang kebetulan juga menulis, kerap saya lakukan 5 W 1 H untuk wawancara. Namun saya jauh dari tehnik wawancara ideal, sehingga lebih nyaman wawancara keroyokan. Apalagi untuk tema yang kurang saya kuasai, saya cukup merekam pertanyaan teman lain dan mendengar jawaban narasumber.
Pak Fadly menayangkan slide jenis wawancara, total ada 8 jenis ; Berita, Biografi, Cerobong, Cerobong terbalik, jalan, sambil lalu, tatap muka, via email. saya paling sering menggunakan tehnik sambil lalu/ door stop, tanpa ada janji  biasanya usai acara Kompasiana nangkring atau acara lainnya. lagi-lagi biasanya dengan keroyokan, sehingga tak repot mencari pertanyaan.
Sebagai pewawancara kita harus punya rasa Kepo yang tinggi, karena dari ke-kepoan (lucu ya, hehe) akan memacu keingintahuan yang tinggi. -Asal jangan gosip aja ya kawan's-
Sebagai pewawancara harus tahu yang dilakukan, salah satunya jangan seperti mengintrograsi narasumber. Hal ini masih sering terjadi, dilakukan oleh host di acara televisi ternama. Beberapa kasus pernah kita lihat, narasumber "menyemprot" host yang mewawancarai. Kalau saja dilakukan saat siaran live disaksikan jutaan pasang mata, tentu yang malu tidak hanya host tapi nama televisi yang menaungi terkena imbasnya.
Saya jadi teringat acara Mata Najwa, saat itu menghadirkan Gibran putra dari RI 1. Najwa yang pewawancara handal, menurut saya sempat salah memilih jenis pertanyaan.
Kala itu Gibran dengan raut yang datar, hanya menjawab "biasa saja", "ya", "tidak". Saya yang menyaksikan acara tersebut, melihat host kerepotan.
Hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan saat wawancara ;
- Pemer diri
- jangan terus baca daftar pertanyaan
- jangan mendebat narassumber
- Jangan sok tau
- Jangan Langgar "Of The Record"
- Jangan Bilang "Ini Pertanyaan Terakhir"
- Jangan langgar Embargo
- Wawancara bukan Intrograsi
O'ya mungkin tulisan ini hanya sedkit mengupas, Kompasianer bisa melihat video lengkap disini Video Ngoplah bareng Ketapels
Sebelum sesi tanya jawab, Pak Sutiono dan Kang Rifky Feriandi menyanpaikan pengalaman reportase beliau berdua.
Rasanya puas kami menyerap ilmu dari Pak Gapey Sandy, apalagi beliau menyampaikan dengan relak dan jenaka. Tak jarang celetukan- celetukkan segar dilontarkan, membuat suasana semakin meriah. O'ya sepanjang acara hujan deras di Palmerah, mebuat suhu ruangan yang dingin semakin adem saja.
Sukses untuk komunitas di Kompasiana, Sukses untuk Ketaples. (salam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H