Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Palyja Apakah Swastanisasi PAM? #BersamaDemiAir

26 Maret 2016   16:12 Diperbarui: 27 Maret 2016   12:39 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebutuhan air setiap orang sekitar 100 liter/ hari, sejak januari 2007  Palyja menetapkan tidak ada kenaikan harga air. Harga air per 10 meter kubik  pertama, saat ini ada di angka Rp. 1.050,- untuk warga miskin

"jadi mahalnya dimana? "tanya Meirita pada kompasianers.

Tapi jadi berandai-andai, kalau saja pengelolaan air langsung dari PAM tanpa pendelegasian ke pihak swasta, mungkinkah air bisa lebih murah lagi.

Logika saya sederhana, kalau saya pemilik produk misalnya minuman. Kalau dijual sendiri harga bisa seribu, maka kalau dititip orang pasti mengambil untung  harga berubah menjadi seribu limaratus atau duaribu.

Apalagi pengelolaan air membutuhkan dana tidak sedikit, sehingga profit pasti menjadi tujuan yang tidak bisa dielakkan.

[caption caption="Penampakan meteor sebagai media tumbuh bakteri pemakan detergent/ amoniac (dokumen pribadi)"]

[/caption]Menyusul Ibu Irma Gusyani Taib, selaku  Deputi Direktur Operasi Pelayanan PALYJA menjadi pemateri.

Kebutuhan air di jakarta adalah 26.100 liter/ detik, yang bisa dipenuhi oleh operator adalah 17.000 liter/detik artinya terdapat defisit 9.100 liter/detik yang harus dipenuhi. Pada 2015 access to water adalah 73.15%, sementara service coverage di angka 60%. Total jaringan yang sudah tersedia dari 1998-2015, sepanjan 5.400 KM.

Namun Palyja tetap berkomitmen, khususnya pada masyarakat berpenghasilan rendah. Menyediakan 58 kios air dan master meter untuk melayani 70.000 warga. 245 public hydrants untuk melayani 73.500 warga. GPOBA (Global Partnership on Output Based Aid) sebanyak 5.000 connection.

Sementara kebijakan harga air untuk industri, seperti hotel, apartmen dan komersial lain tentu harganya berbeda. Saya membayangkan sistem subsidi silang, kebutuhan orang tidak mampu ditalangi kalangan mampu.

Ibu Nancy Elvina, selaku kepala Divisi  management Aseet dan NRW Palyja, menjadi pembicara keempat sekaligus pamungkas.

NRW atau Non Revenue Water atau air yang tidak menghasilkan pendapatan, terhitung dari Suplai Air/ Produksi dikurangi Air terkonsumsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun