00o00
Sekian banyak (karena tidak dihitung) writing contest saya ikuti, tentu membawa banyak pengalaman. Ketika pengumuman pemenang blogcomp publish di Kompasiana, deg-degan ini langsung menyergap. Nervous campur menjadi satu, apalagi ketika loadingnya lumayan lama (musabab jaringan yak hehe). Begitu artikel terbuka, saya tak begitu membaca pengantar. Langsung  saja scroll ke bawah pada daftar pemenang. Â
Begitu membaca nama tidak ada dalam daftar pemenang, biasanya ada rasa kecewa. Merasa yang sudah diupayakan sia-sia, daya yang sudah dikerahkan menguap begitu saja. Memang  hal ini biasanya tak berlangsung lama, tapi tetap saja kecewa tak bisa dihindari.
Pernah sekali menang blogcompetition, kemudian gaya bahasa dan cara menulis diterapkan pada lomba selanjutnya. Namun apa daya, ternyata bukan jaminan menang lagi. Ternyata strategi yang sama, tak bisa diterapkan pada blogcomp yang berbeda. Alhasil memendam rasa sedih, namun dipastikan tak berlarut.
[caption caption="Illustrasi screen short Kompasiana (dokpri)"]
Itu Dulu !
Siang ini saya membuka email, mendapatkan pemberitahuan pemenang blogcomp dari satu perusahaan.  Terus terang tak ada rasa deg-degan, justru mendadak saya siap tidak menang. Kini semua kemungkinan bisa saya hadapi, bahwa kalah dan menang  adalah  wajar adanya.
Kekalahan demi kekalahan, tiba-tiba membuat saya belajar memenangkan rasa kecewa. Kalaupun menang saya syukuri, kalaupun kalah petanda saya musti belajar dan belajar mencari peluang lainnya.
Syukurlah, email siang itu mencantumkan nama saya dalam daftar pemenang. Tapi sekali lagi, karena sudah siap kalah akhirnya hanya ucapan syukur saya hunjamkan tanpa girang berlebih. Ternyata antara sadar dan tidak, betapa kekalahan menumbuhan kedewasaan menghadapi kemenangan. (salam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H