Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaplores Menanggapi Cirebon Kota Tilang

28 Februari 2016   08:48 Diperbarui: 28 Februari 2016   10:49 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sudut Kota Cirebon (dokpri)"][/caption]Rangkaian perjalanan saya bersama rekan media ke Cirebon, diisi dengan aneka kegiatan produktif. Semua program dikemas dengan menarik, diarahkan untuk mengasah jiwa liputan. Tantangan yang diadakan tak kalah memacu semangat, adalah membuat video cityzen jurnalist selama kegiatan. Saya yang terbiasa reportase berupa tulisan di Kompasiana,  berkesempatan belajar sangat banyak membuat liputan video.

Setiap kunjungan di berbagai tempat, selalu kami manfaatkan sebaik-baiknya. Hal ini tampak ketika mengunjungi situs bersejarah, pemandu wisata tak dibiarkan sekedar menjelaskan. Mereka justru memiliki fungsi lebih, menjawab pertanyaan ketika rekan journalist didera penasaran. Setiap yang dijelaskan oleh pemandu, justru memicu pertanyaan baru dari peserta.

Pihak penyelenggara terkesan sangat tanggap, berkoordinasi dengan pengelola lokasi yang hendak dituju. Maka bagi saya begitu sangat surpirse, ketika berkunjung di Keraton kasepuhan bisa bersua lagsung dengan Sultan Cirebon.  Sang Sultan cukup antusias menyambut, kedatangan kami bak tamu keraton. Prosesi lengkap seperti tarian selamat datang, ucapan sambutan sampai jamuan makan siang. Semua protokoler layaknya sebuah keraton, lengkap dengan pembawa acara yang suaranya empuk di dengar. (Btw, saya jadi ingat waktu 100 kompasianer diundang ke Istana)

Pun saat membahas satu program televisi berkaitan dengan polisi, narsumnya langsung Kapolres Cirebon AKBP Sugeng Hariyanto S.Ik.,M.Hum. hadir disela kesibukkan (kereen). Dua polwan pengisi acara televisi, juga datang berbagi cerita. Bagaimana mereka bisa terlibat, serta proses pembuatan program yang mendapat perhatian masyarakat ini.

Masih belum selesai kawan's, kunjungan ke batik Trustmi langsung bersua dengan mbak Sally Giovanni sang owner. Pun ketika makan siang di Empal Gentong, Haji Bastoni selaku pemilik juga kami wawancarai.

00o00

Gerimis menyapa kota Cirebon, ketika kami sampai di museum Linggarjati. Tempat bersejarah ini tentu sudah tidak asing, mengisi buku sejarah perjuangan bangsa. Kala itu founding fahter bangsa ini, mengadakan perjuangan diplomasi. Sutan Sjahrir bersama team, bertekad agar Indonesia mendapat pengakuan atas kedaulatan sebagai bangsa. Ketika sudah berdaulat, otomatis kedudukan sejajar dengan bangsa lain.

[caption caption="Museum Linggarjati (dokpri)"]

[/caption]Sekitar enampuluh menit berada di museum Linggarjati, air deras tumpah dari langit. Bus yang pengantar mendekat teras museum, agar kami bisa dengan mudah masuk. Membaca di papan museum, Lingarjati sudah masuk daerah kuningan. Waktu tempuh menuju cirebon sekitar satu jam, kami sampai di hotel tempat menginap.

Cirebon Kota Tilang?

Kekuatan medsos sangat dahsyat tak diragukan, berhasil membentuk opini masyarakat. Istilah Cirebon kota tilang sendiri, juga lahir dari media sosial facebook. Masyarakat awam yang mungkin belum ke Cirebon, serta merta ikut-ikutan memakai istilah tersebut.

Jumat malam kami mendapat sesi spesial, talkshow bersama Kapolres Cirebon AKBP Sugeng Hariyanto. Acara yang dipandu mas Bowo, mengulas sekaligus (lebih tepatnya) ingin klarifikasi.

"Kalau disebut Cirebon kota tilang, kami justru bingung dasarnya dari mana?" jawab Sugeng Hariyanto balik bertanya "Berdasarkan data, Cirebon berada diurutan ke 4 untuk tindakan penilangan.  Kesadaran masyarakat musti ditingkatkan, untuk menciptakan ketertiban berlalu lintas. Ketidakpuasan masyarakat dengan pelayanan, harus dibarengi kesadaran pelayanan bagi penegak hukum".

Saya pikir, bisa jadi istilah Cirebon kota tilang, bisa saja berawal dari ketidakpuasan masyarakat. Kebetulan paman saya yang tinggal di bekasi, ditilang saat di Cirebon. Namun saya mencoba logis, selama kita memiliki surat-surat lengkap dan menaati peraturan lalu lintas pasti tak ada alasan ditilang.

Kini Cirebon memang semakin ramai, dengan dibukanya Tol Cipali. Hal ini diiringi, dengan peningkatan perbaikan infrastruktur. Setiap weekend jumlah pengunjung kota Cirebon meningkat drastis. Mobil berplat B, terlihat berseliweran di jalan raya Cirebon. Jawaban juga saya dapatkan dari pemilik Batik trustmi, pengunjung pada kisaran 5000 - 6000 pada sabtu, minggu atau hari libur banyak mobil Jakarta di pelataran parkirnya.

"Sabtu minggu anggota saya jadi berkurang istirahatnya" ujar Sugeng Hariyanto sambil tersenyum. "Dampak yang sedang berlangsung, tentu menjadi hal menggembirakan. Roda perekonomian di kota udang bergerak cepat, mempengaruhi kesejahteraan masyarakat".

Agar keamanan Cirebon lebih baik, perlu koordinasi lintas lembaga. Perlu partisipasi semua pihak, demi keamanan dan kenyamanan masyarakat. Pun media massa sangat berperan, menciptakan keamanan melalui informasi yang dipersembahkan kepada masyarakat.

"jadi menciptakan keamanan, bukan tanggung jawab polisi saja" lanjut Sugeng Hariyanto.

[caption caption="Kapolres Cirebon AKBP Sugeng Hariyanto S.Ik.,M.Hum. dalam sesi talkshow (dokpri)"]

[/caption]

Setiap keadaan bagai dua sisi uang logam, memiliki dampak positif dan negatif. Perbaikan infrastrustuk, dmanfaatkan pihak tidak bertangung jawab. Petugas kepolisian berhasil menangkap, pengedar obat terlarang saat hendak melakukan aksi di Cirebon. Pun munculnya geng motor, harus dilawan dengan edukasi.

[caption caption="Kapolres Cirebon AKBP Sugeng Hariyanto S.Ik.,M.Hum. usai sesi talkshow (dokpri)"]

[/caption]Penjelasan ini memberi pencerahan baru bagi saya, perlu cross chek setiap mendapat informasi. Rupanya tak banyak waktu dimiliki Kapolres Cirebon, tidak sampai satu jam berada di acara kemudian pamit.

Acara inti sudah selesai, kemeriahan belum berakhir. Dua polwan yang turut hadir, memberi kuis sekaligus hadiah bagi peserta yang beruntung. (salam)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun