Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

[Resensi Buku] Si Tukang Blusukan dalam Keseharian

23 Februari 2016   04:24 Diperbarui: 23 Februari 2016   07:16 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Cover Buku "Sekelumit Kisah Si Tukang Blusukan" (dokpri)"][/caption]

"Kata yang Paling Indah di bibir umat manusia adalah "ibu", panggilan paling indah adalah ibuku". (Kahlil Gibran)

Buku bersampul dominan merah, dengan gambar seorang pesohor ini (menurut saya) isinya begitu personal. Mengulas sikap dalam keseharian, melalui kesaksian orang terdekat baik teman atau sahabat. Sejauh pemikiran dan pengetahuan yang saya gapai, orang sukses baik yang saya kenal secara pribadi atau lewat bukunya. Mereka adalah yang tunduk pada ibu, mereka yang mencintai ibunya sepenuh hati.

Maka saya mencoba melihat, dari sudut yang juga relatif personal. Saya pengagum ibu saya sendiri, dan ibu- ibu hebat di luar sana. Setiap menyebut nama perempuan yang melahirkan saya,  hutang budi ini rasanya begitu tak terlunaskan hingga ujung usia.

Membaca rangkaian kata indah sang Pujangga Kahlil Gibran di atas, embun di sudut mata tiba-tiba mendesak keluar.

Puisi tentang ibu tersebut disematkan, pada halaman 82 dalam buku berjudul "Sekelumit Kisah Si Tukang Blusukan".

"Jokowi sangat menghormati ibunya, Sujiatmi Notomiadjo. Sejak kecil, sang ibu membantu ayah berjualan apa saja untuk membiayai sekolah anaknya. Ibunda Jokowi adalah ikon seorang perempuan Indonesia yang kukuh, bersahaja, melihat kedepan sebagai dunia yang cerah. Mengorbankan dirinya untuk kelancaran hidup dan masa depan anak-anaknya. Jokowi sejak kecil membantu ibunya berdagang bambu. Dia dengan senang bisa memberikan uang  kepada ibunya. " ini untuk adik-adik, Bu" kata Jokowi saat ia pertama kali bisa membantu ibunya berdagang bambu."

Penggalan paragraf ini, cukup menggambarkan betapa sang anak sangat mengasihi ibunya. Saya teringat sebuah hadist, "Doa ibu bagi anaknya, laksana doa seorang nabi untuk umatnya".

Ah siapa lagi yang menyangkal, betapa mustajabnya doa perempuan yang kedudukannya tiga tingkat lebih tinggi dibanding ayah. Pada halaman yang sama, masih ada kelanjutan artikel ini.

Keinginan terbesar ibunda Jokowi adalah agar anak-anaknya sekolah, "Aku ingin anakku dadi wong pinter"

Kini kita semua menjadi saksi, munajat sang ibu kala itu telah menjadi nyata. Anak yang dulu hingga kini berbhakti, sekarang menjadi orang nomor satu di republik ini.

[caption caption=""Sekelumit Kisah Si Tukang Blusukan" (dokpri)"]

[/caption]

00o00

Buku setebal 155 halaman ini ditulis oleh Asita D.K. eks wartawan Kompas dengan segudang pengalaman jurnalistik yang tak diragukan. Berkolaborasi dengan Anton D.H Nugrahanto, seorang pemimpin redaksi media online. Kedua nama tersebut, juga kompasianer produktif dan aktif baik dalam kegiatan online atau offline.

Bab demi bab ditata begitu terstruktur, mengangkat kisah sang tokoh semasa SMA, saat Kuliah dan menjadi Gubernur. Menyusul bab yang menggetarkan saya "Perempuan Hebat di balik Jokowi" , kemudian "Jokowi, Pemimpin berbaju wing cilik", pada bab terakhir "Panggung Politik dan Gaya Blusukan Jokowi".

Terlepas dari pro dan kontra yang terjadi, saya berusaha melihat sisi positif tentang perjuangan seorang anak manusia. Apalagi Presiden ke 7 Republik ini, berasal dari keluarga kebanyakan. Kedua orang tuanya, bukan pejabat, saudagar atau pemuka masyarakat. Pahit getir kehidupan benar dirasakan, layaknya sebagian besar masyarakat Indonesia.

Bagaimana beliau harus berhemat saat merantau, pun kisah mencari pekerjaan seusai lulus kuliah. Keseharian lain layaknya masyarakat biasa, adalah naik bus kemudian membantu mendorong saat bus mogok. Kisah asmara layaknya anak muda, ditaksir anak kades saat praktek Kuliah Kerja Nyata. Tentu masih banyak kisah keseharian, yang apabila dibaca adalah kisah orang kebanyakan.

Maka pada halaman kata pengantar oleh Sukardi Rinakit, sangat jelas menggambarkan latar belakang sang Presiden.

" Dengan berada di ranah kaum pinggiran tersebut, Jokowi bisa merasakan dengan seksama, seperti ekspresi dalam lagu Franky Sahilatua bahwa "kemiskinan itu penuh air mata dan pahit hingga ke tulang".

Buku dengan sajian cerita ringan, cocok menemani saat longgar. Memetik nilai-nilai  humanis, dari seorang tokoh yang disangkal atau diterima sangat populer saat ini. Namun beliau tetaplah seorang anak, yang bakti pada ibunya tak terpengaruh situasi dan kondisi. (salam)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun